secepatnya kami lakukan mapping
Sidoarjo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS Surabaya) untuk memetakan lokasi banjir yang kerap terjadi di wilayah Kecamatan Tanggulangin.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali di Sidoarjo, Minggu mengatakan dirinya bersama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) setempat mengunjungi Desa Kedung Banteng, yang menjadi langganan banjir setiap tahun.

"Penanganan banjir yang terjadi di tiga desa Kecamatan Tanggulangin yakni Desa Kedungbanteng, Desa Banjarasri dan Banjarpanji berkaitan dengan cara memanajemen air. Hal pertama yang akan dilakukan adalah menentukan titik terendah tanah di tiga desa tersebut. ITS akan digandeng dalam hal itu," katanya.

Ia mengatakan, yang pertama kali harus dipetakan adalah menentukan ujung dari titik terendah itu, kemudian diarahkan ke avoer-avoer (saluran pembuangan) terdekat, salah satu yang memungkinkan adalah avoer Penatarsewu.

Baca juga: Tangani banjir di Tanggulangin, Sidoarjo siap bangun waduk
Baca juga: Sidoarjo-Surabaya jadi percontohan penanganan bencana

Gus Muhdlor sapaan akrabnya mengatakan tiga desa tersebut setiap tahun mengalami penurunan tanah. Hal tersebut yang penyebab banjir selalu terjadi di tiga desa itu. Kondisi tanah yang cekung menjadikan tiga desa tersebut tujuan aliran air hujan.

"Posisi tiga desa ini seperti mangkok, setiap tahun selalu terjadi penurunan disana, air pasti mencari tempat yang lebih rendah," ujarnya.

Gus Muhdlor mengatakan secepatnya koordinasi penanganan banjir Kedungbanteng akan dilakukan. Dirinya juga akan melihat langsung kondisi avoer Penatarsewu. Bila diperlukan akan dilakukan normalisasi.

"Secepatnya kami lakukan mapping serta pengerjaan langsung penarikan air terutama Desa Kedungbanteng dan Banjarasri untuk secepatnya bisa dilarikan ke Penatarsewu," katanya.

Baca juga: Sidoarjo waspadai bencana hidrometeorologi tahunan
Baca juga: Sejumlah wilayah di Sidoarjo terendam banjir

Namun semua itu, lanjut Gus Muhdlor membutuhkan waktu dan hitungan yang matang. Bila tidak, penarikan air melalui pompa penyedot bisa sia-sia. Bisa jadi air banjir yang dibuang kembali lagi.

"Oleh karena itu pemetaan ini penting, beberapa hari ke depan akan diagendakan bertemu dengan ITS, BPBD, balai besar dan tiga desa terdampak," ucapnya.

Gus Muhdlor juga mengatakan anggaran belanja tidak terduga (BTT) akan disiagakan. BTT tersebut akan segera dikucurkan bila melihat tanda-tanda banjir. Pasalnya anggaran dapat diberikan bila ada kejadian. Desa dapat menggunakan anggaran tersebut untuk pembelian pompa air yang tidak dianggarkan sebelumnya.

"Kalau ada tanda-tanda banjir, BTT itu akan kita kucurkan agar desa secepatnya mengadakan pompa-pompa itu," ucapnya.

Baca juga: Pemkab Sidoarjo kerahkan tujuh pompa tangani banjir Porong

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021