Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia berakhir lebih rendah pada Selasa, tertekan penambang kelas berat dan pemberi pinjaman utama, mengikuti petunjuk lemah dari pasar komoditas dan karena bank sentral mengakui meningkatnya tekanan inflasi bahkan ketika bank itu berbicara tentang ancaman kenaikan suku bunga tahun depan.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia jatuh 0,67 persen atau 49,70 poin menjadi menetap di 7.420,40 poin. Indeks acuan menguat 0,36 persen pada Senin (15/11).

Bank sentral Australia tidak memperkirakan tekanan harga akan memaksa kenaikan suku bunga sebelum 2024. Namun, tampaknya waspada terhadap risiko dalam perkiraan inflasinya karena bank sentral mengakui perubahan naik dalam distribusi hasil.

"Kekhawatiran inflasi tampaknya menguasai pasar saham Australia meskipun ada proyeksi dovish pada suku bunga dari bank sentral," kata Kunal Sawhney, CEO Kalkine Group.

"Dengan Westpac menaikkan suku bunga hipotek (KPR) tetapnya untuk ketiga kalinya dalam sebulan, suku bunga sangat rendah tampaknya mendekati akhir."

Sektor keuangan turun 0,38 persen, terseret oleh penurunan bank 'empat besar' dalam menanggapi kekhawatiran inflasi, dengan pemberi pinjaman terbesar negara itu Commonwealth Bank merosot 0,9 persen.

Penambang-penambang utama jatuh 1,66 persen, karena harga bijih besi terus melemah, dengan penambang global BHP Group merosot 2,6 persen dan Rio Tinto kehilangan 2,2 persen.

Penambang terdiversifikasi Iluka Resources anjlok 4,1 persen, sementara produsen bijih besi Mount Gibson Iron Ltd tergelincir 6,4 persen.

Teknologi adalah satu-satunya sektor yang berlawanan, terdongkrak 0,18 persen, dipimpin oleh operator pusat data Nextdc Ltd yang menguat 1,8%, diikuti oleh kelas berat sektorAfterpay Ltd bertambah 1,7 persen.

Sementara itu, indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru turun 0,48 persen atau 61,75 persen menjadi menyelesaikan sesi di 12.902,7 poin.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021