Semakin besar peluang jumlah kasus positif terus meningkat
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengingatkan bahwa angka reproduksi atau reproduction number (Rt) COVID-19 mulai meningkat menjadi 0,96 dari minggu sebelumnya 0,01.
 

"Semakin tinggi Rt suatu penyakit maka akan semakin besar peluang jumlah kasus positif terus meningkat, begitu juga sebaliknya," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
 

Ia mengemukakan, reproduction number adalah rata-rata banyak orang yang terinfeksi akibat terpapar dari 1 orang yang positif atau sakit.
 

Ia menambahkan, angka reproduksi berguna untuk menggambarkan kemampuan penyebaran suatu penyakit, besar angka reproduksi akan sangat tergantung kepada karakteristik maupun lingkungan di sekitar organisme penyebab penyakit.
 

"Jika dilihat lebih mendalam walaupun Rt di seluruh pulau masih berada di bawah satu, namun angkanya di pulau Jawa-Bali dan Kalimantan mengalami kenaikan," katanya.
 

Ia mengatakan, memerhatikan angka reproduksi penting selain angka kasus, angka kematian, dan angka fatalitas untuk menjadi dasar penentuan upaya pengendalian COVID-19 yang tepat.
 

Wiku menjelaskan, umumnya setiap jenis penyakit memiliki basic reproduction number (R0), yaitu nilai tetap kemampuan penyebaran penyakit dalam situasi tanpa disertai intervensi pencegahan tertentu.
 

"Contohnya R0 untuk virus COVID-19 varian original dari Wuhan yaitu 2,4 sampai dengan 2,6. Hal ini bermakna bahwa satu orang kasus positif rata-rata dapat menularkan kepada dua sampai tiga orang lain di sekitarnya setelah melakukan interaksi," paparnya.
 

Sedangkan Rt, lanjut dia, adalah angka reproduksi penyakit setelah adanya intervensi.
 

Ia menambahkan, umumnya angka reproduksi di atas satu menyebabkan penambahan kasus yang berlipat atau eksponensial.
 

"Angka satu menyebabkan penambahan kasus yang cenderung stagnan, dan angka di bawah satu secara gradual akan menginfeksi lebih sedikit orang dan akhirnya dapat menghentikan perluasan penyakit dalam suatu kondisi tertentu layaknya epidemi karena semakin sedikitnya jumlah kasus positif baru maupun bertambahnya jumlah kesembuhan kasus positif seiring waktu dan pengobatan yang dijalani," jelas Wiku.
 

Ia mengatakan, penetapan besar angka reproduksi suatu penyakit dilakukan oleh para ilmuwan untuk menggambarkan tingkat penularan menggunakan data di lapangan, yaitu angka kematian, keterisian tempat tidur di rumah sakit, maupun positivity rate.
 

Wiku berharap, penyampaian data angka reproduksi terkini dapat menjadi pembelajaran baru bagi Pemda untuk dapat membaca tingkat penularan COVID-19 dari aspek epidemiologis yang lebih spesifik.

Baca juga: Anies sebut reproduksi COVID-19 di Jakarta telah terkendali

Baca juga: Pemda perlu evaluasi angka reproduksi COVID-19, sebut IDI Jabar

 

"Ingat untuk bisa memahami penyakit COVID-19 kita memerlukan data dan basis ilmiah untuk menghasilkan kebijakan yang efektif," ujar Wiku.
 

Ia meminta kepada seluruh lapisan masyarakat tetap perlu waspada kedepannya. Apalagi kemunculan varian baru COVID-19 lainnya yang nyatanya memiliki reproduction number yang lebih tinggi.
 

"Reproduction number akan sangat dinamis tergantung seberapa baik intervensi yang kita lakukan, baik dengan protokol kesehatan 3M, upaya 3T, maupun vaksinasi," katanya.

Menurutnya, dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat, melakukan vaksinasi hingga upaya 3T maka kita dapat berpartisipasi dalam menurunkan angka reproduksi sehingga laju infeksi menurun.
 

"Kita perlu kembali mengencangkan pengendalian agar kita dapat mencegah gelombang kasus baru di tahun depan," kata Wiku.

Baca juga: Sekda Kota Bandung katakan angka reproduksi COVID-19 menurun

Baca juga: Dinkes: Angka reproduksi efektif Lampung 1,10


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021