Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Program Research and Innovation in Science and Techmology Project (RISET-Pro) mengembangkan kompetensi talenta sumber daya manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) unggul menuju Indonesia Emas 2045.

"RISET-Pro ini memberikan warisan dan kekuatan bagi kami, juga modal untuk mendukung manajemen talenta nasional bidang riset dan inovasi. Insya Allah tahun depan secara lebih masif," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Simposium RISET-Pro 2021 dalam jaringan di Jakarta, Kamis.

Selain mengembangkan kompetensi talenta SDM iptek yang unggul menuju Indonesia Emas 2045, Program RISET-Pro juga bertujuan meningkatkan daya saing kelembagaan iptek, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui teknologi dan inovasi.

Baca juga: BRIN dukung hasil riset sampai tahap komersialisasi

BRIN bekerja sama dengan Bank Dunia telah menyelenggarakan Program RISET-Pro atau Program Riset dan Inovasi dalam Proyek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

RISET-Pro telah memberikan beasiswa kepada SDM Iptek di berbagai lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan nasional milik pemerintah untuk kuliah ke luar negeri.

Sejak diluncurkan pada 2013 hingga akhir Oktober 2021, RISET-Pro telah menghasilkan lulusan 374 orang dengan rincian 242 program S2 dan 132 program S3. Selain itu, 72 penerima beasiswa masih berstatus aktif (belum lulus studi).

Selain memberikan beasiswa untuk melanjutkan kuliah, RISET-Pro juga memberikan biaya untuk pelatihan, dan magang, baik di dalam maupun luar negeri.

Negara tujuan utama untuk studi antara, lain Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan.

Topik pelatihan dalam Program RISET-Pro, di antaranya adalah untuk mendukung Program Riset Nasional (PRN) 2020-2024, dan pencegahan dan percepatan penanggulangan pandemi COVID-19. Jumlah peneliti dan perekayasa yang mengikuti program itu sebanyak 2.299 melebihi dari target, yakni 1.907 orang.

RISET-Pro juga berupaya membangun ekosistem riset dalam negeri, antara lain dengan membuat ringkasan kebijakan  terkait komersialisasi Iptek berbasis kolaborasi kementerian sektor dan BRIN.

RISET-Pro juga menghasilkan warisan yang sebelumnya belum pernah digagas dalam program apapun di Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu rintisan wadah komunikasi antarlembaga pendanaan riset dalam Indonesia Research Funder Forum (IRFF), serta Sistem Informasi Eksekutif Monitoring dan Evaluasi Riset dan Pengembangan (Monevrisbang).

Alokasi pinjaman dari Bank Dunia untuk menggerakkan program RISET-Pro selama delapan tahun sebesar 74 juta dolar AS atau setara Rp1,065 triliun.

Sementara itu, penyerapan pinjaman dari 2013 hingga akhir Oktober 2021 sebesar 68 juta dolar AS atau setara Rp973 miliar (asumsi kurs Rp14.250 per dolar AS).

Baca juga: Kepala BRIN dorong riset dan kolaborasi kuasai PLTN generasi baru

Baca juga: Peneliti BRIN kembangkan penanda perkembangan penyembuhan luka kronis


Persentase dari total penyerapan tersebut mencapai 91 persen. Penyerapan pinjaman belum dapat maksimal, karena pada 2020 hingga 2021 terjadi pandemi COVID-19 yang mengakibatkan banyak pelatihan ke luar negeri ditiadakan karena negara tujuan masih ditutup.

Dalam rangka menyampaikan hasil RISET-Pro yang telah berlangsung selama delapan tahun kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pembuat kebijakan, BRIN menggelar Simposium RISET-Pro 2021 dengan tema Pengembangan Kompetensi Talenta SDM Iptek Unggul Menuju Indonesia Emas 2045 pada 17-18 November 2021.

Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk merancang rencana aksi bersama dalam mengembangkan kompetensi SDM iptek untuk dapat berkolaborasi sehingga dapat memberi dampak akademis, sosial, maupun ekonomi.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021