Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh pada awal perdagangan Jumat, dan menuju penurunan mingguan terbesar dalam hampir dua bulan, sementara aset-aset safe haven seperti obligasi dan yen menguat karena varian virus baru menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan di masa depan dan suku bunga AS yang lebih tinggi.

Varian tersebut, yang terdeteksi oleh para ilmuwan di Afrika Selatan, mungkin dapat menghindari respons kekebalan dan telah mendorong Inggris untuk segera memberlakukan pembatasan perjalanan di Afrika Selatan.

Rand Afrika Selatan turun 1,0 persen pada awal perdagangan, seperti halnya minyak mentah berjangka AS. Indeks berjangka S&P 500 turun 0,4 persen, sementara dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko turun ke posisi terendah tiga bulan.

"Pemicunya adalah berita varian COVID ini ... dan ketidakpastian tentang apa artinya ini," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank di Sydney. "Kamu menembak dulu dan mengajukan pertanyaan nanti ketika berita semacam ini meletus."

Indeks Nikkei Jepang anjlok 1,7 persen pada awal perdagangan dan saham Australia turun 0,6 persen.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen menuju penurunan mingguan 1,0 persen dan saham dunia (MSCI Global) sementara masih mendekati rekor tertinggi, menuju penurunan mingguan 0,7 persen, terbesar sejak awal Oktober.

Sedikit yang diketahui tentang varian baru. Namun para ilmuwan mengatakan kepada wartawan bahwa itu memiliki "konstelasi yang sangat tidak biasa" dari mutasi, yang mengkhawatirkan karena mereka dapat membantunya menghindari respons kekebalan tubuh dan membuatnya lebih menular.

Pihak berwenang Inggris berpikir itu adalah varian paling signifikan hingga saat ini dan khawatir itu bisa tahan terhadap vaksin.

Pergerakan obligasi pemerintah tajam pada pembukaan di Tokyo - menyusul liburan Thanksgiving - karena imbal hasil dengan cepat menarik kembali beberapa kenaikan minggu ini. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan turun 5 basis poin menjadi 1,5927 persen.

Yen melonjak sekitar 0,4 persen menjadi 114,91 per dolar dan emas naik 0,2 persen menjadi 1.792 dolar AS per ounce.

Pergerakan tersebut datang dengan latar belakang kekhawatiran tentang wabah COVID-19 yang mendorong pembatasan pergerakan dan aktivitas di Eropa serta ketika pasar secara agresif menaikkan suku bunga tahun depan di Amerika Serikat.


Baca juga: Saham Asia melayang sedikit lebih rendah seiring pergerakan dolar

Baca juga: Saham Asia gelisah saat "yield" obligasi AS naik dan minyak bergejolak

Baca juga: Saham Asia turun, dolar kian kuat setelah pencalonan kembali Powell

Baca juga: Saham Asia tak ikuti reli ekuitas global gara-gara Alibaba tergelincir

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021