Mogadishu (ANTARA News) - Perompak Somalia membebaskan kapal berbendera Panama MV Renuar dan 24 orang awaknya yang berkebangsaan Filipina setelah ditahan empat bulan, kata satuan tugas anti-perompakan Uni Eropa EU Navfor, Kamis.

"Kapal itu kini berlayar ke sebuah pelabuhan yang aman," kata EU Navfor dalam sebuah pernyataan singkat.

Perompak yang menembakkan granat roket menahan MV Renuar pada 11 Desember ketika kapal dengan berat 17.156 ton itu sedang menuju Uni Emirat Arab dari Mauritius.

EU Navfor tidak menyebutkan apakah uang tebusan dibayar bagi pembebasan kapal tersebut.

Pada pertengahan April, perompak Somalia membebaskan sebuah kapal pengangkut aspal yang juga berbendera Panama setelah menerima uang tebusan namun tetap menahan beberapa orang awaknya.

Kapal MT Asphalt Venture dengan berat mati 3.884 ton itu ditahan perompak pada 29 September tahun lalu ketika sedang menuju kota pelabuhan Durban, Afrika Selatan, dari Mombasa, Kenya, dan membawa 15 orang awak, seluruhnya warga negara India.

Perompak mengatakan, mereka membebaskan kapal itu setelah menerima uang tebusan 3,6 juta dolar, namun hal ini tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

Perompakan meraja-lela di lepas pantai Somalia, yang mengacaukan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia, membuat awak dan kapal terancam bahaya serta mendorong beaya asuransi bagi perusahaan perkapalan.

PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.

Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.

Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut, demikian Reuters melaporkan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011