Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di 2021, sebanyak 64,5 persen dari total Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dikelola oleh kaum perempuan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menargetkan jumlah kewirausahaan perempuan dalam ekosistem ekonomi Indonesia terus meningkat.

“Terciptanya wirausaha perempuan yang lebih besar, sejalan dengan target pemerintah yang ingin melahirkan entrepreneur baru,” ujar Teten Masduki saat menghadiri peluncuran Uprintis Indonesia (UMKM Perempuan Perintis Indonesia) di Surabaya, Jawa Timur, sebagaimana dalam keterangan pers, Jakarta, Kamis.

Sebagaimana diketahui, lanjutnya, upaya peningkatan jumlah wirausahawan terus dilakukan mengingat jumlah kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,4 persen. Sedangkan untuk menjadi negara maju yang harus mencapai angka 4 persen.

Teten menyebutkan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan kewirausahaan berdasarkan inkubasi yang mampu melahirkan wirausahawan terutama perempuan.

“Pemberdayaan ekonomi dunia itu sekarang pusatnya perempuan. Untuk itu, target kita bagaimana melahirkan entrepreneur sejati yang punya daya juang tinggi serta menciptakan peluang-peluang usaha,” ungkap dia.
Baca juga: Ketua DPD harapkan banyak wirausahawan dari generasi muda

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di 2021, sebanyak 64,5 persen dari total Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dikelola oleh kaum perempuan. Kemudian riset dari Sasakawa Peace Foundation & Dalberg juga mencatatkan persentase wirausahawan perempuan di Indonesia cukup tinggi, yaitu 21 persen.

Baginya, hal ini merupakan potensi kekuatan ekonomi perempuan yang harus didorong secara bersama.

Namun, Menkop UKM menilai bahwa belum sepenuhnya UMKM perempuan memiliki akses ke ekosistem pembiayaan dan digital. Jika terhubung di ekosistem pembiayaan dan digital, maka dianggap akan mampu menunjang keberlangsungan usaha dan peningkatan bisnis UMKM terlebih di masa pandemi COVID-19.

Kementerian Koperasi dan UKM dikatakan terus berupaya hadir melalui kebijakan untuk membangun ekosistem kewirausahaan dan memberikan akses serta pemasaran produk UMKM, antara lain kebijakan optimalisasi belanja dalam pengadaan barang/jasa Koperasi dan UMKM serta alokasi 30 persen area publik untuk promosi produk UMKM.
Baca juga: KSP janji dorong pengembangan inkubator bisnis lahirkan wirausahawan

Di era disrupsi, pelaku UMKM dinilai perlu memiliki cara berpikir wirausaha dan jiwa kompetitif yang kuat dengan daya inovasi, kreativitas adaptasi, dan bertransformasi agar mampu bertahan maupun berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, Founder dan CEO Uprintis Novita Hardini Mochammad mengemukakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh UMKM khususnya perempuan.

Pertama ialah sumber daya dan isu pendanaan yang masih menjadi kendala. Lalu, ketersediaan pengetahuan peluang lintas batas di berbagai daerah.

Selanjutnya, perempuan di beberapa daerah ternyata banyak yang belum siap untuk ekonomi dan digital masa depan.

Kemudian yaitu masih sedikitnya peluang bagi perempuan dalam hal kepemimpinan, dan terakhir ialah masih adanya ancaman kekerasan di tempat kerja.

“Saat ini, sekitar 58 persen pekerja perempuan berada di sektor informal ekonomi yang tidak terlindungi. Untuk itu Uprintis hadir mendampingi dan menyediakan infrastruktur ketahanan bisnis perempuan, serta membangun kemampuan partisipasi bagi kaum perempuan,” kata Novita.

Baca juga: Menteri KKP sebut penangkapan terukur buka lapangan kerja anak muda
Baca juga: Peneliti: Program JKP perlu diarahkan untuk ciptakan wirausahawan baru


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021