Martapura (ANTARA) - Ati sungguh beruntung. Warga Desa Cintapuri RT 03, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan,  itu mendapatkan hadiah umrah dalam undian gebyar vaksinasi yang dilaksanakan Polres Banjar.

Ibu rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) itu pun berlinang air mata penuh haru ketika disambangi petugas dari Bhabinkamtibmas dan Babinsa desa setempat membawa kabar gembira tersebut ke rumahnya.

"Alhamdulillah, jalan menuju rumah Allah SWT saya dapatkan melalui vaksinasi COVID-19, terima kasih Kapolda Kalsel, Kapolres Banjar, Bupati dan Dandim sudah memberikan hadiah umrah ini," ucap Ati sambil berlinang air mata.

Total ada enam hadiah umrah disediakan bagi warga Kabupaten Banjar yang divaksinasi. Tiga dari Bupati Banjar Saidi Mansyur, dua dari Kapolres Banjar AKBP Doni Hadi Santoso dan satu dari Dandim 1006/Banjar Letkol Inf Imam Muchtarom.

Sebagai bentuk apresiasi atas inovasi terobosan dari Polres Banjar dan forkopimda itu, Kapolda Kalsel Irjen Pol Rikwanto menghadiri langsung pengundian hadiah yang berlangsung di Aula Institut Agama Islam Darusalam (IAID) Martapura.

Menurut Rikwanto, vaksinasi berhadiah jadi pemicu antusiasme warga agar mau sekaligus sebagai apresiasi pemerintah dan TNI-Polri kepada masyarakat yang telah bersedia divaksinasi.

"Kalau memang terobosan seperti pemberian hadiah ini bisa meningkatkan warga mau divaksinasi, silahkan wilayah berinovasi sesuai kearifan lokal masing-masing," katanya.

Diakui Kapolda, saat ini capaian vaksinasi di Kalsel sudah tembus di atas 60 persen. Dengan kecepatan suntikan 1,6 persen per hari, maka sisa waktu menuju akhir tahun diyakininya target 70 persen bisa tercapai.

"Seperti di Kabupaten Banjar, akselerasinya kini 6.000 orang per hari, maka 70 persen di akhir tahun Insya Allah tercapai," tuturnya.

Tak hanya di Kabupaten Banjar, sejumlah wilayah lain seperti Kota Banjarmasin dan Kabupaten Tanah Laut juga menyediakan hadiah besar bagi peserta vaksinasi di akhir tahun ini.

Polresta Banjarmasin bahkan sudah mengundi lima hadiah pada pekan pertama bagi vaksinasi terhitung 13 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022.

Kelima warga yang beruntung itu adalah Samsul Arifin mendapat 1 unit TV 42 inch, Fuji Astuti 1 unit kulkas, Lisa Amami 1 unit mesin cuci, Siti Raudah 1 unit TV 42 inch dan Siti Nurhasanah 1 unit setrika.

Sedangkan hadiah utama satu unit sepeda motor bakal diundi pada pekan terakhir bagi masyarakat yang melaksanakan vaksinasi di Pos Tahun Baru depan Duta Mall Banjarmasin.

Sementara Polres Tanah Laut bersama forkopimda setempat menyediakan tiga unit sepeda motor dan 18 kompor gas bagi penerima vaksin tanggal 20 Desember 2021 sampai 3 Januari 2022.

Baca juga: Polda Kalsel vaksinasi 1.307 warga pesisir pedalaman Aluh-Aluh

Baca juga: Pemprov Kalsel targetkan 67 ribu vaksinasi per hari
Ati penerima hadiah umrah disambangi petugas di rumahnya. (ANTARA/Firman)


Ikhtiar untuk sehat

Pakar antropologi masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Nasrullah S.Sos.I, MA mengatakan ramai-ramai vaksin berhadiah menunjukkan fenomena bahwa masyarakat lebih berorientasi kepada hadiah dibanding vaksin.

Dengan kata lain, vaksinasi sebagai ikhtiar tindakan preventif mencegah dan menguatkan diri dari COVID-19 belum sepenuhnya sampai kepada kesadaran per sonal.

Menurut Nasrullah, fenomena itu menunjukkan dua hal. Pertama, ajakan kebaikan melalui menjaga kesehatan belum sepenuhnya diterima oleh kalangan masyarakat, sehingga membutuhkan stimulus berupa hadiah.

Sekecil apapun hadiah tersebut, ternyata sangat bermakna. Ini menunjukkan masyarakat membutuhkan sesuatu yang konkrit atau bersifat materialistis yang dapat disentuh, dilihat dan dirasakan.

Sementara konsep sehat dan sakit, masih dilihat sebagai sesuatu yang abstrak dan baru dirasakan jika benar-benar dialami.

Fenomena ini dapat dilihat dalam literatur Antropologi sebagai The Gift, form and function of exchange in archaic societies yang diterjemahkan dalam buku pemberian: bentuk dan fungsi tukar-menukar di masyarakat kuno.

Maka yang terjadi adalah semacam pertukaran, masyarakat menghadirkan dirinya untuk divaksinasi, sedangkan mereka mendapatkan hadiah sebagai bentuk pertukaran. Dalam sistem perdagangan dinamakan barter.

Di sisi lain, Nasrullah menilai fenomena yang terbalik meskipun dimaksud sebagai pemberian, sebab dalam tradisi Suku Banjar dan Dayak disebut pikaras, yakni jika seseorang berobat ke seorang pananamba ia memberikan sejumlah benda tertentu dengan tujuan bukan upah tetapi agar sakit pasien itu tidak pindah ke pananamba atau orang yang mengobati.

"Maka dalam upaya pemerintah melakukan vaksinasi mencegah COVID-19 idealnya masyarakat lah yang memberikan hadiah kepada tenaga medis, sebagaimana layaknya pikaras seperti kelapa, gula, jarum, kopi dan sejenisnya," papar Nasrullah.

Kenapa ini terbalik, karena menurut Nasrullah telah terjadi fenomena kedua yaitu paradigma sakit lebih dominan dari pada paradigma sehat sebagai upaya menjaga kesehatan dengan mengonsumsi obat.

Sebab, mengonsumsi obat apalagi divaksinasi, di alam bawah sadar masyarakat dimaknai sebagai upaya sakit menuju sehat. Sementara mereka beranggapan masih dalam keadaan sehat jadi tidak diperlukan perlakuan medis.

Ditegaskan Nasrullah pula, bagian yang terpenting adalah pilihan hadiah itu sendiri. Pilihannya adalah dengan menggunakan hadiah tersebut, masyarakat dapat dijadikan sebagai agen untuk mengampanyekan vaksinasi COVID-19, kesadaran untuk tetap sehat dan bukannya mengajak yang lain untuk mendapatkan hadiah dengan vaksinasi.

Baca juga: Kalsel dapatkan tambahan 97.110 dosis vaksin COVID-19 dari Kemenkes

Baca juga: Gubernur Kalsel: Cepat habiskan stok vaksin

 
Polresta Banjarmasin menyerahkan hadiah televisi kepada penerima vaksin. (ANTARA/Firman)


Booster dan Omicron

Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan tren pemberian hadiah bagi masyarakat yang melakukan vaksinasi sah-sah saja dilakukan.

Dia mengutip artikel Marcus dalam Arifin (2020) hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat adalah melalui upaya pemberdayaan, penyebaran informasi, peningkatan pengetahuan dan pemberian imbalan atau penghargaan.

Meski begitu, Syamsul mengingatkan mekanisme pemberian hadiah dengan sistem undian harus benar-benar dijaga terbuka, jujur dan tidak terbentuk kerumunan sehingga upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi tidak memunculkan permasalahan baru yang justru memicu transmisi COVID-19.

Diakui dia, perlu upaya optimal untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap vaksinasi pertama dan kedua, apalagi untuk vaksinasi tahap tiga atau vaksin booster.

Syamsul membeberkan varian Omicron yang kini mewabah menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang, di mana orang yang sebelumnya pernah terserang COVID-19 dapat terinfeksi ulang lebih mudah dengan varian ini. Reinfeksi varian ini 3-5 kali lebih tinggi dibandingkan varian Delta.

Untuk itulah, upaya yang dilakukan untuk menghadapi penularan varian Omicron dapat melalui tiga upaya utama yaitu penggunaan masker ganda yang lebih disiplin saat berada di ruangan tertutup atau keramaian, peningkatan kekebalan tubuh melalui vaksinasi dan peningkatan tes PCR dengan analisa pemeriksaan SGTF (S-gene Target Failure) agar varian Omicron dapat terdeteksi dengan efisien.

Berdasarkan tiga hal tersebut, vaksin booster dianggap penting untuk meningkatkan antibodi secara penuh agar terhindar dari virus corona.

WHO merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin yang mengandung virus corona tidak aktif harus menerima dosis booster.

Baca juga: Kalsel jaga momentum turunnya kasus COVID-19 dengan akselerasi vaksin

Baca juga: Kalsel genjot vaksinasi pelajar dukung PTM

 
Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan di Kabupaten Banjar. (ANTARA/Firman)


137.000 per hari

Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan usaha mencapai target vaksinasi dosis 1 sebesar 70 persen dari jumlah penduduk di Kalimantan Selatan mendapat tantangan besar.

Per 25 Desember 2021, jumlah penduduk yang telah mendapatkan suntikan dosis 1 sebanyak 2,03 juta jiwa, sedangkan dosis 2 sekitar 1,22 juta orang.

Ini artinya vaksinasi dosis 1 sudah mencapai 50 persen, sedangkan vaksinasi dosis 2 atau vaksinasi lengkap 30 persen dari jumlah penduduk.

Jumlah penduduk Kalsel berdasarkan sensus 2020 adalah 4,07 juta jiwa. Untuk mencapai target vaksinasi sebesar 70 persen dari populasi, maka sebanyak 2,85 juta penduduk harus divaksinasi. Sementara target pemerintah untuk vaksinasi 3,16 juta orang.

Berdasarkan data tersebut, untuk mencapai target 70 persen populasi per 31 Desember, maka diperlukan laju vaksinasi dosis 1 per hari rata-rata sebanyak 137 ribu orang.

"Untuk merealisasikan hal tersebut cukup sulit mengingat satu pekan terakhir rata-rata laju vaksinasi dosis 1 sekitar 25 ribu suntikan per hari," kata Muttaqin.

Meskipun begitu, terdapat peningkatan signifikan jumlah penduduk yang divaksinasi. Laju vaksinasi per hari dalam satu pekan terakhir sudah dua kali lipat dari jumlah rata-rata vaksinasi per hari pada satu pekan terakhir November 2021.

Jika laju vaksinasi dosis 1 sebanyak 25 ribu suntikan per hari dapat dipertahankan, maka target 70 persen penduduk akan terpenuhi pada akhir bulan Januari 2022.

Namun, jika setiap pekan dari awal Januari rata-rata vaksinasi per hari meningkat 25 persen target 70 persen penduduk divaksinasi dosis 1 akan tercapai pada pekan ketiga Januari.

Diungkapkan Muttaqin saat ini daerah yang paling tinggi capaian vaksinasi dosis 1 dari jumlah penduduk adalah Kabupaten Balangan yaitu 60 persen. Kemudian Banjarbaru dan Banjarmasin sebesar 59 persen, Tanah Bumbu 55 persen, dan Hulu Sungai Tengah 51 persen.

Adapun daerah dengan vaksinasi dosis 2 paling tinggi adalah Kota Banjarbaru 50 persen, kemudian Banjarmasin 45 persen, kemudian Tanah Bumbu 39 persen.

Masih terbatasnya capaian vaksinasi di Kalimantan Selatan memerlukan dukungan dan kolaborasi antara pemerintah daerah, TNI/Polri dan masyarakat.

Di samping tantangan datang dari daerah yang sulit dijangkau, usaha vaksinasi juga mendapat kendala dari masyarakat yang masih ragu untuk divaksinasi atau tidak percaya vaksin karena termakan informasi yang tidak benar.

Untuk itulah, sosialisasi dan edukasi sangat mereka perlukan, terutama dengan dukungan dari masyarakat sendiri.*

Baca juga: Gubernur Kalsel dorong percepatan pelaksanaan vaksinasi

Baca juga: Ribuan santri di Kabupaten HSS Kalsel antusias ikuti vaksinasi

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021