Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama memberikan bimbingan pemulihan trauma bagi para guru madrasah yang terdampak awan panas guguran (APG) Gunung Semeru sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam memompa semangat para guru di tengah keterbatasan akibat bencana.

"Kita harus tetap semangat. Jangan sampai hak dan akses pembelajaran peserta didik terhenti meskipun dengan segala keterbatasan yang dialami," ujar Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama, Muhammad Zain dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Mensos Risma hibur anak-anak pengungsi bencana Gunung Semeru

Dia menjelaskan bahwa peran guru sangat penting, apapun dan dimana pun. Kehadiran guru menjadi sumber inspirasi sekaligus pengetahuan bagi seluruh peserta didik.

Para guru juga didorong untuk bisa mengembalikan semangat anak-anak untuk bisa melanjutkan pendidikan serta menekan segala trauma yang dialami anak.

"Kehadiran guru adalah sumber inspirasi," kata dia.

Sementara itu, Ketua Tim Trauma Healing Direktorat GTK Madrasah, Mustofa Fahmi mengatakan bimbingan pemulihan trauma ini digelar sejak 27 hingga 29 Desember 2021.

Ia berharap partisipasi tim pemulihan trauma yang terdiri atas akademisi, guru, dan pejabat struktural terkait ini dapat memberikan manfaat kepada guru madrasah yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.

"Kegiatan ini bertujuan menyapa sekaligus sharing, memompa semangat, serta meningkatkan kompetensi bagi para guru melalui pendekatan psikologis," kata dia.

Sebelumnya, Universitas Airlangga Surabaya juga telah memberangkatkan tim trauma healing atau pemulihan trauma untuk membantu meringankan beban psikologis bagi pengungsi korban terdampak bencana awan panas guguran Gunung Semeru.

Baca juga: Anggota DPR: "Trauma healing" penting bagi anak korban erupsi Semeru

Baca juga: Pemkab Lumajang berikan 'trauma healing' anak-anak pascaerupsi Semeru


“Tim relawan mahasiswa ini terdiri atas sembilan orang anggota BEM dan KPLA," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Unair Budi Santoso.

Ia menyampaikan bahwa setelah tiga pekan, fase akut dari bencana sudah tertangani dan pelayanan kesehatan mulai berjalan normal.

"Tinggal PR yang tersisa adalah memulihkan masyarakat dari trauma psikologis. Karena itu saat ini lebih ke arah trauma healing untuk memunculkan semangat kembali dari masyarakat di sana," ujar dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021