Mutasi varian baru COVID-19 yang lebih mudah berjangkit dan berbahaya akan berkelanjutan jika masih banyak masyarakat dunia tidak divaksin
Kuala Lumpur (ANTARA) - Pemerintah Malaysia akan melakukan penekanan yang mendalam dan berkelanjutan atas peranan serta kepentingan diplomasi kesehatan menyusul penularan varian baru COVID-19 seperti Omicron dan Delta.

"Memang tidak dapat dinafikan bahwa penggemblengan serta gerakan diplomasi kesehatan telah banyak membantu negara dalam memerangi pandemi COVID-19 berupa sumbangan vaksin serta peralatan pengobatan dari negara-negara sahabat yang strategis," ujar Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah dalam sambutan tahun baru di Wisma Putra, Putrajaya, Rabu.

Dalam jangka panjang, ujar Saifuddin, diplomasi kesehatan ini juga berupaya untuk membantu Malaysia dalam menangani semua krisis kesehatan umum yang lain pada masa yang akan datang.

Baca juga: Malaysia akan beli vaksin COVID-19 Pfizer buat anak 5-11 tahun

"Namun, konteks diplomasi kesehatan yang ada mesti terus dikembangkan untuk memberi penekanan kepada ketidaksamaan akses vaksin serta peralatan pengobatan, terutama bagi negara-negara berkembang atau miskin," katanya.

Menurut Saifuddin, hanya lima persen penduduk di negara-negara berkembang telah lengkap divaksin jika dibandingkan dengan 70 persen penduduk di negara-negara kaya.

"Mutasi varian baru COVID-19 yang lebih mudah berjangkit dan berbahaya akan berkelanjutan jika masih banyak masyarakat dunia tidak divaksin dan menerima kemudahan pengobatan serta-merta," katanya.

Dia mengatakan usaha serta pengorbanan rakyat Malaysia dalam memerangi pandemi COVID-19 ini hanya akan menjadi sia-sia akibat tindakan tidak bertanggung jawab beberapa pihak yang menyia-nyiakan stok vaksin COVID-19.

Baca juga: Tiga pekerja migran yang dideportasi dari Malaysia terpapar COVID-19

Pada kesempatan tersebut Saifuddin juga bercerita perkembangan dunia pada 2022.

Dia mengatakan penularan pandemi COVID-19 telah merumitkan lagi struktur geopolitik global sebagaimana dapat dilihat mengikuti perkembangan situasi terkini di dalam dan luar negara.

"Persaingan yang semakin hangat di antara kuasa-kuasa besar dari pelbagai jenis dimensi – tradisional maupun bukan tradisional – telah turut memberi tantangan yang begitu genting kepada dunia yang bersifat multipolar pada hari ini," katanya.

Dia juga mencermati adanya pandangan sinis bahwa WHO kini telah menjadi amat berkuasa seperti Majelis Keamanan PBB dan ada yang menyamakan negara-negara produsen vaksin sama dengan negara-negara besar penguasa.

"Malaysia tidak harus ke belakang dalam soal ini. Kita harus memberdayakan kedudukan kita dengan turut menyertai negara-negara seperti Amerika Serikat, China, India dan negara-negara produsen vaksin yang lain," katanya.

Baca juga: Malaysia hapus sebagian biaya COVID-19 bagi WNA di KLIA

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022