Jakarta (ANTARA/JACX) - Pesan yang menarasikan vaksinasi merupakan program genosida dan dapat menyebabkan kemandulan beredar melalui pesan berantai WhatsApp.

Pesan tersebut juga meminta masyarakat untuk berhenti melakukan vaksinasi.

Berikut potongan narasi dari pesan berantai itu:

"1. VAKSINASI menurut informasi dari koran SOVEREIGN INDEPENDENT tahun 2011 merupakan program GENOCIDE (pembunuhan Masal secara teratur dan terencana).

2. Menurut para ahli kesehatan dunia, VAKSINASI sangat membahayakan, terurama bagi anak-anak usia Sekolah se-tingkat SD, SMP & SMA. Apalagi bagi anak perempuan bisa menyebabkan MANDUL. Untuk itu, kami anjurkan kepada para Wali Murid untuk menonaktifkan anak-anaknya mengikuti program belajar mengajar di Sekolah hingga diberhentikan Program Vaksinasi. Belajar study kelompok bisa di rumah masing-masing dengan memangil guru...”


Namun, benarkah bahwa vaksinasi merupakan program genosida dan bisa menyebabkan kemandulan?
 
Pesan hoaks berantai yang menyebut vaksinasi COVID-19 merupakan program genosida dan menyebabkan kemandulan. (WhatsApp)


Penjelasan:
Dalam pesan berantai itu, dituliskan sumber rujukan yaitu The Sovereign Independent. Padahal, The Sovereign Independent merupakan surat kabar asal Irlandia yang menerbitkan berbagai teori konspirasi dan misinformasi, termasuk terkait vaksin COVID-19.

Konten konspirasi terkait vaksinasi COVID-19 sebagai program genosida berjudul “Depopulasi melalui vaksinasi paksa: Solusi Nol Karbon”.

Terdapat gambar Bill Gates di samping judul konten itu, selain kutipan sumir bahwa Gates mengatakan vaksin baru, perawatan kesehatan, dan layanan reproduksi dapat mengurangi pertumbuhan populasi.

Faktanya, itu termasuk kutipan dari TED Talk yang diberikan Gates pada 2010, berjudul Innovating to Zero. Gates membahas cara-cara dunia dapat mengurangi emisi karbon.

Salah satu cara adalah dengan mengurangi pertumbuhan penduduk melalui peningkatan layanan kesehatan.

Dalam video tersebut, Gates telah berulang kali menyatakan dia percaya pertumbuhan populasi dapat diperlambat dengan meningkatkan layanan kesehatan dan mengurangi kematian anak, dan bukan dengan membunuh anak-anak atau orang dewasa. Perbaikan itu sebagian dapat dicapai melalui peningkatan akses ke vaksinasi.

Selain itu, MUI juga sudah menerbitkan fatwa halal dan aman terhadap vaksin COVID-19 sebagaimana dikutip dari Berita Antara. (https://www.antaranews.com/video/1941184/mui-terbitkan-fatwa-halal-untuk-vaksin-produksi-sinovac).

Menurut data statistik vaksinasi COVID-19, 3,92 miliar penduduk di dunia telah divaksinasi dosis lengkap dan juga tingkat kematian berkurang setelah melakukan vaksinasi.

Contoh data tingkat kematian sebelum vaksin dan sesudah vaksin dari berbagai negara dapat dilihat pada data dampak vaksinasi COVID-19.

Terkait klaim vaksin dapat menyebabkan kemandulan, ahli endokrinologi reproduksi dari MU Health Care, Albert Hsu mengatakan tidak ada data vaksin COVID-19 dapat menyebabkan infertilitas dan tidak ada teori ilmiah yang kredibel tentang bagaimana vaksin COVID-19 dapat menyebabkan infertilitas wanita.

Pernyataan yang sama juga diberikan oleh Departemen Kesehatan Pemerintah Australia yang menyebut tidak ada bukti antibodi yang terbentuk dari vaksinasi COVID-19 menyebabkan masalah pada kehamilan, termasuk perkembangan plasenta.

Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa masalah kesuburan adalah efek samping dari vaksin apapun.

Klaim: Vaksinasi merupakan program genosida dan menyebabkan kemandulan
Rating: Salah/Hoaks

Cek fakta: Hoaks! Penerima vaksin COVID-19 lebih mudah terinfeksi Omicron dibandingkan nonvaksin

Baca juga: Satgas: 172,16 juta warga RI terima vaksinasi COVID-19

Baca juga: Vaksinasi booster nasional dimulai

Pewarta: Tim JACX
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2022