Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro mengatakan penguatan testing, tracing dan treatment (3T) sampai pengembangan telemedicine jadi langkah pemerintah selanjutnya dalam menghadapi Omicron.

“Memang untuk antisipasi lonjakan kasus Omicron, pemerintah sampai melakukan penguatan- penguatan di pintu masuk dari berbagai negara,” kata Reisa dalam Siaran Sehat bertajuk "Vaksinasi Booster dan Waspada Omicron" yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Reisa menuturkan guna mendeteksi kasus sejak dini, pemerintah tak hanya melakukan penguatan di pintu masuk saja, tetapi juga menggencarkan 3T seperti meningkatkan testing dengan S-Gene Target Failure (SGTF) yang menggunakan metode deteksi molekuler untuk mendeteksi Omicron lebih cepat.

Baca juga: Menko PMK: Omicron pengaruhi peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia

Bahkan kit SGTF telah didistibusikan oleh Kementerian Kesehatan ke seluruh laboratorium Pembina maupun miliki pemerintah dan dapat dipastikan jumlahnya tercukupi, meski dirinya tak menyebutkan banyaknya jumlah tersebut.

Selanjutnya pada kegiatan tracing, kata dia, pemerintah mulai meningkatkan rasio pelacakan di daerah-daerah. Langkah ini turut melibatkan TNI/Polri hingga seluruh lapisan masyarakat, sehingga jumlah kasus positif dapat diketahui lebih dari 30 orang dalam satu waktu.

Pada treatment, pemerintah terus meningkatkan layanan ketersediaan ruang isolasi baik secara mandiri maupun terpusat dengan sistem yang memisahkan pasien bergejala ringan atau tanpa gejala. Sedangkan pasien dengan gejala sedang hingga berat akan diarahkan ke rumah sakit.

Menurut Reisa selain melacak kasus sedini mungkin, dengan melihat kondisi kasus Omicron di Indonesia yang didominasi oleh pasien bergejala ringan atau tanpa gejala, pemerintah ingin menguatkan strategi dengan mengembangkan pelayanan telemedicine.

Hingga saat ini, telemedicine yang dikembangkan memiliki 17 platform yang mempermudah menyediakan jasa konsultasi dan pengiriman obat yang ditujukan bagi para pasien COVID-19 secara gratis.

“Bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi di rumah, tentunya ini juga penting sekali dilakukan. Dengan adanya pengawasan yang kuat dan ketat, dari puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitarnya,” ujar dia.

Baca juga: Pemerhati dorong pembelajaran daring dikuatkan saat kasus Omicron naik

Seluruh upaya hingga kini di lakukan pemerintah guna terus memantau sekaligus melakukan antisipasi apabila sewaktu-waktu lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi.

Walaupun demikian, dia meminta agar semua tak abai menjalankan protokol kesehatan dan menyadari bahwa varian Omicron berbeda dengan Delta.

“Kalau kita lihat berbeda dengan varian Delta, varian Omicron ini memang tetap berbahaya, terutama bagi yang belum atau tidak di vaksinasi. Yang paling penting kita lakukan adalah tetap disiplin protokol kesehatan karena yang paling penting bentengnya dulu dan kemudian di dalamnya kita kuatkan dengan vaksinasi,” tegas Reisa.

Baca juga: Satgas pertimbangkan pemisahan data Omicron PPLN dan komunitas
Baca juga: Diduga terjangkit Omicron, Dinkes Garut-Jabar periksa satu pasien
Baca juga: Reisa: Aturan pembatasan untuk 14 negara tak efektif lagi dijalankan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022