Pembelajaran bagi BRIN meningkatkan kapasitas periset pengembangan vaksin
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan pengembangan vaksin Merah Putih untuk penanganan COVID-19 tetap menjadi prioritas dalam fokus kegiatan riset dan inovasi BRIN.

"Target mempunyai vaksin Merah Putih itu nomor satu, tetapi ada yang jauh lebih penting yaitu bagaimana menciptakan kapasitas periset yang mampu mengembangkan vaksin secara mandiri," kata Handoko dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.

Handoko menuturkan kemampuan mengembangkan vaksin secara mandiri itu akan menjadi modal yang penting, karena selama ini vaksin yang beredar di Indonesia merupakan lisensi dari produk luar negeri.

"Inilah yang menjadi fokus dan pembelajaran bagi BRIN untuk meningkatkan kapasitas para periset dalam pengembangan vaksin," ujarnya.

Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung menuntut BRIN dan institusi lainnya untuk segera melakukan penelitian penyediaan vaksin COVID-19.

Baca juga: Mantan Kepala Eijkman sebut vaksin Merah Putih alami keterlambatan

Baca juga: BRIN: Tujuh tim kembangkan Vaksin Merah Putih, yang paling cepat Unair


Vaksin Merah Putih menjadi salah satu jenis vaksin yang diharapkan menjadi vaksin yang dihasilkan oleh anak bangsa.

Untuk mendukung pengembangan vaksin Merah Putih, BRIN sedang membangun dua infrastruktur utama, yakni infrastruktur produksi berstandar CPOB dan fasilitas uji praklinis tahap 2 di kawasan Cibinong Science Center di Bogor, Jawa Barat.

Handoko berharap dua infrastruktur tersebut siap di akhir triwulan I 2022 sehingga dapat segera digunakan untuk membantu pengembangan vaksin untuk manusia dan hewan ke depan, sehingga tidak hanya terbatas pada vaksin Merah Putih untuk COVID-19.

Kepala BRIN mengharapkan pengembangan vaksin Merah Putih segera selesai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Namun, perlu dipahami bahwa pembuatan dan pengembangan vaksin bukanlah pekerjaan yang mudah, karena selama ini di Indonesia belum ada yang mempunyai pengalaman membuat vaksin dari nol, ujarnya.

Semua pihak atau institusi yang mengembangkan vaksin sedang berupaya keras untuk menciptakan kandidat vaksin COVID-19 potensial untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, namun semua memang membutuhkan proses dan upaya bersama untuk mewujudkannya, katanya.

Diberitakan, sebanyak tujuh tim mengembangkan vaksin Merah Putih dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih.

Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat mengungkapkan progres pengembangan vaksin Merah Putih yang paling cepat adalah Universitas Airlangga (Unair).

"Saat ini tim yang progresnya paling cepat adalah tim dari Unair bekerja sama dengan PT Biotis sudah menyelesaikan uji praklinis pada makaka (monyet)," kata Iman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu (15/1).

Tujuh tim di dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih tersebut adalah Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

"Masing-masing tim ini mengembangkan vaksin Merah Putih dengan metode yang berbeda, mulai dari vaksin yang berbasis inaktivasi virus sampai vaksin yang berbasis rekombinan protein," ujarnya.

Baca juga: BRIN: Pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia jadi tantangan besar

Baca juga: BRIN: Riset vaksin Merah Putih tidak terhambat karena proses integrasi

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022