Kita menjadi bagian dari 194 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di dunia
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengharapkan pandemi COVID-19 dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh periset untuk lebih mandiri dalam pengembangan vaksin.

"Saat ini posisi kita menjadi bagian dari 194 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia," ujar Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat dalam acara "Talk to Scientist" yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, posisi Indonesia itu merupakan bagian dari upaya menjawab tantangan pandemi COVID-19 yang sedang melanda DKI dunia.

Baca juga: BRIN: Tujuh tim kembangkan Vaksin Merah Putih, yang paling cepat Unair

Baca juga: BRIN: Pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia jadi tantangan besar


"Jadi itulah situasinya daya saing kita dalam konteks saat ini menjawab health resilience, khususnya menjawab tantangan pandemi COVID-19," katanya.

Kendati demikian, ia menyayangkan, sudah dua tahun lebih Indonesia masih dalam konteks baru atau menyelesaikan uji klinis vaksin COVID-19.

"Kita tidak bisa secepat negara lain seperti China, Amerika Serikat, bahkan India untuk mengembangkan vaksin," tuturnya.

Menurut dia, terdapat tiga kendala Indonesia belum dapat menyelesaikan pengembangan vaksin Merah Putih, yakni peneliti di Indonesia belum memiliki pengalaman untuk mengembangkan vaksin dari nol.

"Jadi vaksin seperti polio dan lainnya yang diproduksi Bio Farma itu adalah kita membeli lisensi, tidak mendevelop dari nol," katanya.

Kemudian, lanjut dia, kolaborasi dengan industri. Hal itu masih menjadi titik lemah Indonesia karena industri di Indonesia tidak banyak yang memiliki fasilitas Research and Development (RnD) pengembangan vaksin. Dan kendala terakhir adalah infrastruktur yang kurang.

"Tiga botleneck ini cukup kronis di Indonesia, dan itu dialami saat ini sehingga diperlukan tindakan, salah satunya BRIN membangun beberapa fasilitas dan memfasilitasi periset untuk mengakselerasi hasilnya," kata Iman.

Saat ini, lanjut dia, pengembangan Vaksin Merah Putih sedang dikembangkan oleh enam lembaga, yakni Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga dengan berbagai platform.

Peneliti PRBM Eijkman BRIN Tedjo Sasmono mengatakan saat ini perkembangan Vaksin Merah Putih yang diteliti oleh timnya sudah dalam tahap hilirisasi di mitra industri, yakni PT Bio Farma.

Ia berharap, dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan uji praklinis dan klinis.

"Semoga vaksin COVID-19 karya anak bangsa ini bisa berkontribusi dalam penanggulangan pandemi dan menjadi wahana untuk kemandirian bangsa dalam riset vaksin," kata dia.

Baca juga: BRIN kembangkan vaksin dan perkuat surveilans tangani COVID-19

Baca juga: Peneliti BRIN: Tingkatkan capaian vaksinasi COVID-19 dosis lengkap

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022