Jakarta (ANTARA News) - Ulama Indonesia dan Malaysia membentuk jaringan dakwah moderat, yang lebih berpikir jauh ke depan dan menekankan pemberantasan kebodohan dan kemiskinan dengan meningkatkan sumber daya umat Islam. "Jaringan dakwah ini berbeda dengan jaringan Dr Azahari dan kawan-kawan, kami lebih mengedepankan dakwah tentang bagaimana meningkatkan sumber daya umat Islam, tidak terjebak pada kegiatan yang mengarah pada kekerasan," kata Ketua Dewan Direktur Center for Moderate Muslim, Tarmizi Taher, seusai menutup Konferensi Reformasi Pemikiran dan Pendidikan dalam Dunia Islam di Jakarta, Minggu. Pihaknya, ujar mantan Menteri Agama itu, akan lebih mendorong pesantren dan madrasah lebih banyak dimasuki sains dan teknologi serta mendorong kerja sama lembaga-lembaga agama tersebut dengan para intelektual. "Harus ada kesadaran bahwa umat Islam jangan sampai tertinggal, porsi sains dan teknologi di pesantren dan madrasah harus terus diperbanyak," kata purnawirawan perwira tinggi TNI-Angkatan Laut (AL) itu. Sekarang ini, ujarnya, pesantren dan madrasah sudah banyak yang maju dan dibangun dalam kategori unggulan, namun demikian masih lebih banyak lagi kebutuhan meningkatkan kualitas pesantren dan madrasah. Ia memberi contoh, Madrasah Aliyah unggulan di Jombang yang sangat diminati masyarakat karena mampu memasukkan lulusannya ke berbagai perguruan tinggi negeri, namun karena kapasitasnya terbatas sampai menolak-nolak murid baru. Pihaknya juga mendorong pengembangan jaringan media massa antara Indonesia dan Malaysia, baik surat kabar, majalah radio dan TV. SDM dan fasilitas di Indonesia dalam pengelolaan media massa dinilai cukup baik, ujarnya, sementara Malaysia memiliki banyak modal. "Media massa, seperti Kisah, Hikayat dan Paras adalah contoh media massa dakwah yang memiliki oplah ratusan ribu eksemplar di Indonesia maupun Malaysia," demikian Tarmizi Taher. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006