Jakarta (ANTARA News) - PT Freeport Indonesia menghentikan produksi pertambangan emas dan tembaga, menyusul situasi kemanan yang makin tidak kondusif di Papua.

"Mulai hari ini, kami terpaksa menghentikan produksi karena pertimbangan keamanan," kata "Vice President" Tambang Terbuka Freeport Indonesia Nurhadi Sabirin saat telekonperensi dengan wartawan di Jakarta.

Menurut dia, penghentian produksi dilakukan baik di lokasi tambang terbuka maupun bawah tanah.

Ia mengatakan, pipa yang mengalirkan konsentrat tembaga dan emas ke pelabuhan diketahui mengalami pemotongan di beberapa bagian.

Akibatnya, lanjut Nurhadi, pihaknya tidak bisa mengirim konsentrat dan produksi terpaksa dihentikan. Penghentian produksi dilakukan sampai situasi benar-benar aman.

Sementara, Juru Bicara Freeport Ramdani Sirait mengatakan, sebelumnya, produksi juga terganggu akibat aksi pemblokadean jalan.

Setelah dihentikan, menurut dia, saat ini, kegiatan tambang hanya berupa pemeliharaan saja agar peralatan tidak mengalami kerusakan.

Ia juga mengatakan, pihaknya akan melaporkan situasi terakhir tersebut ke Menkopolhukam Djoko Suyanto dan Menteri ESDM Darwin Saleh.

"Kami akan minta jaminan keamanan," ucapnya, menegaskan.

Freeport memproduksi antara 220.000-230.000 ton bijih per hari yang berasal tambang terbuka di Grasberg dan bawah tanah, "deep ore zone" (DOZ).

Bijih dari lokasi tambang itu kemudian dibawa ke pabrik pengolahan di Mil 74, Mimika, untuk diolah menjadi konsentrat dengan rata-rata produksi 6.000-7.000 ton per hari.

Selanjutnya, konsentrat yang masih basah dialirkan melalui pipa ke pelabuhan sepanjang 114 km. Di pelabuhan, konsentrat kemudian dikeringkan sebelum dikirim ke para pembeli.

Berdasarkan data 2010, setiap ton bijih mengandung delapan kg tembaga dan 0,91 gram emas.
(K007/C004)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011