Jakarta (ANTARA) — Ancaman resesi pada 2023 diprediksi akan berdampak terhadap berbagai industri di seluruh dunia, tak terkecuali industri asuransi. Strategi apa yang harus dirancang industri asuransi agar dapat bertahan atau bahkan tetap bertumbuh di tengah ketidakpastian global tersebut?

Hal ini menjadi tema dalam webinar Economic Outlook 2023 bertemakan “Optimizing Opportunity Through Uncertainty” yang digelar oleh PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) Jumat. 

Dalam sambutannya, Presiden Direktur Tugure Adi Pramana mengatakan salah satu faktor penyebab resesi global adalah konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi rantai pasok global sehingga menimbulkan krisis yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi.

“Selain itu, di bulan Oktober 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) memperbaharui proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia turun dari proyeksi sebelumnya 2,9 persen dan 3,8 persen pada Januari 2022 menjadi 2,7 persen,” paparnya.

Melihat kondisi yang penuh ketidakpastian, Adi mengajak industri asuransi untuk bersiap menghadapi ancaman tersebut resesi dan inflasi di tahun mendatang. 

“Kita sebagai pelaku di Industri asuransi harus memanfaatkan peluang sebaik mungkin agar tetap menciptakan hasil positif di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi di tahun 2023,” ujarnya.

Senada dengan Adi, Ketua Umum IRMAPA (Indonesia Risk Management Professional Association) Charles R. Vost, yang turut menjadi pembicara kunci, menuturkan bahwa perusahaan harus bisa memastikan fungsi dari manajemen risiko berjalan dengan baik. 

“Selain itu, perusahaan juga harus agile dalam menyusun perencanaan, eksekusi dan evaluasi dilakukan lebih cepat, sehingga perusahan bisa menghadapi tantangan di tahun 2023,” ujarnya.
 
Selain Charles, webinar ini pun turut dihadiri sejumlah pakar ekonomi yakni Ketua Umum Asosiasi GRC Achmad Daniri dan Ekonom dari INDEF Faisal Basri.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022