Hilangkan semua ego pribadi dan fokus pada tujuan nasional. Rakyat Indonesia hanya menginginkan agar timnas sepak bola kita kuat, itu saja,"
Samarinda (ANTARA News) - Mantan KSAD, Jendral (Purn) George Toisutta, meminta pengurus PSSI maupun KPSI agar menghilangkan ego masing-masing demi kemajuan timnas.

"Hilangkan semua ego pribadi dan fokus pada tujuan nasional. Rakyat Indonesia hanya menginginkan agar timnas sepak bola kita kuat, itu saja," kata George Toisutta yang pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI ini di Samarinda, Kalimantan Timur, usai mengikuti peresmian Rumah Anak Yatim dan Lanjut Usia Nabil Husen yang dibangun oleh Pemuda Pancasila, Rabu.

Selain George Toisutta, peresmian Rumah anak yatim dan lansia oleh Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak, juga dihadiri Ketua Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila, Yapto S Soerjosoemarno, Ketua DPRD Kaltim, Mukmin Faisyal serta Ketua MPW PP, Said Amin.

Terkait ancaman sanksi FIFA, Geroge Toisutta kepada wartawan mengaku tidak mempersoalkannya yang penting semua pihak harus bersatu demi sepakbola Indonesia.

"Tidak masalah ancamannya tetapi yang diinginkan timnas dan PSSI jadi satu. Orang-orang PSSI harus menghilangkan egonya dan tidak boleh ada kepentingan lain kecuali demi organisasi dan untuk kemajuan sepak bola nasional. Jadi tidak ada cerita lain, semuanya harus menjadi satu," kata George Toisutta.

Sementara, Ketua MPN Pemuda Pancasila, Yapto S Soerjosoemarno menegaskan, para pengurus olahraga khususnya sepakbola semestinya memiliki kedisiplinan dan sportifitas yang tinggi.

"Pada dasarnya, olahraga itu untuk kesehatan sehingga harus dikelola oleh orang-orang harus memiliki sportifitas dan kedisiplinan yang tinggi dan bukan orang yang hanya mencari jabatan dan uang," ungkap Yapto S Soerjosoemarno.

Kisruh yang terjadi saat ini lanjut Yapto tidak terlepas dari adanya kepentingan masing-masing kelompok sehingga mengabaikan kepentingan atlit dan bangsa.

"Dalam perkembangannya, sepakbola itu tidak hanya sekedar kesehatan tetapi berkembang menjadi sebuah seni yang dapat menghasilkan pendapatan yang baik kepada atlit dan dapat mengharumkan nama bangsa," katanya.

"Namun, yang terjadi saat ini semuanya ingin jabatan dan kekuasaaan dan mencari nama akhirnya tetapi akhirnya yang dibawa bukan nama baik melainkan nama rusak bukan hanya nama pribadi dan kelompok tetapi nama bangsa juga menjadi rusak. Saya sendiri tidak jelas kemana arah sepak bola kita saat ini," kata Yapto S Soerjosoemarno.
(ANT)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012