mengenai apa yang mereka sebut Kubah Besi (Iron Dome), kami menegaskan bahwa teknik militer mereka semua tidak akan mampu menghentikan takdir Tuhan menyiksa mereka."
Dubai (ANTARA News) - Sebuah kelompok kecil pejuang Palestina di Jalur Gaza mengaku bertanggung jawab atas penembakan roket Kamis ke kota perbatasan Israel selama kunjungan Presiden AS Barack Obama ke kawasan itu.

Kelompok Salafi bernama Magles Shoura al-Mujahiddin mengatakan dalam sebuah pernyataan di Internet, mereka menembakkan roket untuk menunjukkan bahwa pertahanan udara Israel tidak bisa menghentikan serangan ke negara Yahudi tersebut selama kunjungan itu, lapor Reuters.

Polisi mengatakan, tidak ada korban namun serangan itu menimbulkan sejumlah kerusakan di Sderot dekat perbatasan Gaza.

"Menanggapi bualan `anjing Romawi dan penjahat perang` mengenai apa yang mereka sebut Kubah Besi (Iron Dome), kami menegaskan bahwa teknik militer mereka semua tidak akan mampu menghentikan takdir Tuhan menyiksa mereka," kata pernyataan itu, yang dipasang di situs berita Ansar al-Mujahideen yang digunakan oleh pejuang garis keras.

Pernyataan itu menunjuk pada presiden AS, yang sedang mengunjungi Israel serta Tepi Barat dan yang menyebut kota itu dalam pernyataannya pada saat tiba di Israel sehari sebelumnya.

Iron Dome adalah sistem pertahanan anti-rudal Israel yang dimaksudkan untuk menyergap roket dan rudal yang ditembakkan dari Gaza.

Magles Shoura al-Mujahiddin sebelumnya mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan pada Juni 2012 di Israel dari Sinai.

Gerakan Hamas yang menguasai Gaza telah berupaya melakukan penertiban terhadap kelompok-kelompok Salafi bersenjata, yang mendukung garis keras dan sering berusaha menembakkan roket ke Israel dalam pembangkangan atas gencatan senjata de fakto Palestina.

Israel dan kelompok pejuang Hamas yang menguasai Jalur Gaza terlibat dalam perang delapan hari pada November yang menewaskan 177 orang Palestina, termasuk lebih dari 100 warga sipil, serta enam orang Israel -- empat warga sipil dan dua prajurit.

Kekerasan itu meletus pada 14 November, dengan pembunuhan komandan militer Hamas Ahmed Jaabari oleh Israel.

Selama operasi delapan hari itu, militer Israel menyatakan telah menghantam lebih dari 1.500 sasaran, sementara pejuang Gaza menembakkan 1.354 roket ke Israel, 421 diantaranya disergap oleh sistem anti-rudal Iron Dome.

Perjanjian gencatan senjata Hamas-Israel dicapai Rabu (21/11), sehari setelah diplomasi bolak-balik yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary dan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon -- yang tercoreng oleh kekerasan lintas batas yang semakin mematikan antara Israel dan para pejuang di Gaza.

Menteri Luar Negeri Mesir Mohammed Kamel Amr, yang berbicara pada jumpa pers bersama Hillary, mengatakan di Kairo, penghentian permusuhan Hamas-Israel mulai berlaku pada Rabu pukul 19.00 GMT (Kamis pukul 02.00 WIB).

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013