Bandar Lampung (ANTARA News) - Sumur-sumur warga di sejumlah daerah di Kota Bandar Lampung mulai mengering, sementara pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau milik pemerintah kota setempat debitnya sudah mengecil, bahkan kadang tidak mengalir. "Air sumur kami sudah menyusut. Bahkan untuk disedot dengan mesin pun mulai susah, sehingga kami harus menimba," ujar Yanto, warga Sultan Haji, Kedaton, Bandar Lampung, Kamis. Wahyudi, warga lainnya mengatakan, tidak turun hujan beberapa bulan terakhir sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan mengakibatkan air sumur menyusut bahkan mengering. Karena itu, untuk keperluan mandi dan cuci, dia terpaksa pergi ke sumur di tepi sawah yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya, serta sembari pulang membawa satu ember untuk keperluan lain di rumah. "Kalau untuk masak dan minum kita masih mengambil dari sumur. Kadang-kadang mandi masih bisa, asalkan semua bak dan ember untuk persediaan masak dan minum sudah penuh," kata dia. Pantauan di Sumur Putri, Telukbetung, Bandar Lampung, warga mulai banyak memanfaatkan air sungai tersebut untuk mencuci dan mandi. "Saya sekalian mengambil air untuk menyiram tanaman di rumah. Soalnya sudah beberapa bulan tidak turun hujan. Memang sempat ada hujan tapi tidak cukup untuk membasahi tanah, sehingga tanaman pun perlu disiram," ujar Ican, warga Jalan P Emir M Nur, Bandar Lampung. Sementara, Sajid, warga Kota Sepang, Bandar Lampung, mengeluhkan kecilnya debit air PDAM yang diterima yang bahkan sering tidak mengalir. "Percumah langgaran PAM yang diharapkan bisa memasok air terutama di saat kemarau seperti ini. Tapi kondisinya terus begini setiap tahun," katanya dia. Meski demikian, dia tidak berkeinginan memutus langgapan PAM tersebut, mengingat sumber air yang diambil dari sumur pun sangat sedikit.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006