Beijing  (ANTARA News) - Kedutaan Besar China di Filipina hari ini menutup sementara layanan konsulernya, mengantisipasi demo besar-besaran anti-China di negara itu.

"Layanan visa di kantor konsuler Kedutaan Besar China di Filipina, sementara tutup pada Rabu, 24 Juli 2013, dengan alasan keamanan," demikian bunyi pengumunan di laman Kedutaan Besar China di Filipina.

Pengumuman itu disampaikan dalam Bahasa Inggris dan Mandarin.

Dari Filipina dilaporkan sekitar 5.000 orang akan berdemo anti-China, terkait sengketa maritim kedua negara di Laut China Selatan. Koalisi organisasi non-pemerintah menyatakan demo serupa akan digelar pula di beberapa kota di AS, London, dan Roma.

Pemerintah Filipina menyatakan tidak terlibat dan tidak akan mengganggu aksi tersebut. Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan warga Filipina memiliki hak untuk bebas menyatakan pendapatnya secara damai.

Aksi serupa juga pernah terjadi pada Mei 2012, dengan jumlah pengunjukrasa 200 orang.

Hubungan China dan Filipina menghangat karena masing-masing mengklaim wilayah Scarborough Shoal di Laut China Selatan, sebagai bagian kedaulatannya.

Scarborough Shoal hanya berjarak 230 km dari pulau utama Filipina, Luzon, sementara daratan China paling dekat adalah Provinsi Hainan sejauh 1.200 km barat daya, menurut peta angkatan laut Filipina.

Kedua negara setahun lalu bahkan saling menuduh adanya pelanggaran hukum laut di wilayah itu. Atas pertikaian itu Filipina mengajukan persoalan wilayah di Laut China Selatan dengan China, ke Mahkamah Internasional.

Namun, langkah itu ditolak China. "China tetap mengedepankan dialog, konsultasi dan negosiasi untuk setiap persoalan di Laut China Selatan, termasuk dengan Filipina," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.

Selain China dan Filipina, beberapa negara juga turut dalam bursa sengketa ini, di antaranya adalah Vietnam, Brunei, Malaysia dan Taiwan.

Wilayah Scarborough Shoal diyakini menyimpan cadangan minyak dan gas yang besar. Menurut data pemerintah AS tahun 2008, cadangan minyak di wilayah ini diperkirakan mencapai 213 miliar barel.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013