Jakarta (ANTARA News) - Es di laut Antartika Kutub Selatan bertambah hingga mencapai rekor tertinggi pada bulan Agustus yaitu 18,6 juta kilometer persegi atau yangterbesar sejak 1979.

Sebaliknya, es di Arktik Kutub Utara justru menyusut. Es di Kutub Utara mencapai titik terendah pada bulan September 2012 dengan luas 3,42 juta kilometer persegi akibat penghangatan udara dan air.

Penghangatan suhu bumi memberi pengaruh yang berbeda pada Kutub Utara dan Kutub Selatan. Secara geografis, letak kedua kutub itu berbeda.

Antartika merupakan benua beku  yang dikelilingi lingkaran laut es sedangkan Arktik merupakan daratan es yang mengapung di samudera.

Es di Antartika bersifat musiman dan nyaris meleleh seluruhnya saat musim panas.

Tren baru-baru ini menunjukkan bahwa Samudera Selatan Antartika menghangat.
Jinlun Zhang dan rekan-rekannya sesama ahli oceanografi di Applied Physics Laboratory University of Washington membuat model yang menunjukkan bahwa angin kencang yang berputar di sekitar Kutub Selatan berpengaruh pada ekspansi es.

Angin membuat es laut berpindah dengan cepat dan memadat sehingga sulit meleleh, kata Zhang seperti dikutip LiveScience.

Julienne Stroeve, ahli iklim dari National Snow & Ice Data Center mengemukakan "Antartika cukup dingin, bahkan 5 derajat Celsius pemanasan tidak akan membuat banyak perbedaan."

Ketika es laut Arktik menyusut, laut menyerap lebih banyak energi matahari sehingga membuat air laut memanas. Menurut Stroeve, Arktik menjadi seperti Antartika, lapisan es menjadi musiman.

Pemanasan global meningkatkan jumlah badai dan para ilmuwan khawatir jumlah es yang mencair akan bertambah.

Penyusutan es berpengaruh pada ekosistem, kata Stroeve.

Perubahan ini akan berdampak pada plankton sebagai dasar rantai makanan, pemangsa, dan pada akhirnya puncak rantai makanan, seperti beruang kutub dan manusia.


Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013