Masyarakat terperangkap di antara realitas dan mitos tentang seorang pemimpin seperti Jokowi,"
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Indonesia dinilai mulai tidak rasional terhadap sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang memperoleh elektabilitas tertinggi dalam survei nasional Cyrus Network dengan 28,2 persen dibandingkan tokoh-tokoh lainnya.

"Masyarakat terperangkap di antara realitas dan mitos tentang seorang pemimpin seperti Jokowi," kata Direktur Riset Cyrus Network, Eko David Dafianto, saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Minggu.

Eko mengatakan pemimpin yang baik dan berprestasi termasuk mantan Walikota Solo itu tetap membutuhkan kritik. Bahkan, kata dia, Jokowi juga harus membuka ruang untuk kritik secara luas.

"Publik harus disadarkan bahwa Jokowi itu tetap manusia biasa, bukan ratu adil atau tokoh serba bisa yang akan menyelesaikan seluruh persoalan melalui tangannya," ujarnya.

Eko menjelaskan dari survei yang dilakukannya sebanyak empat kali, sebanyak 66,9 persen responden membicarakan Jokowi. Kemudian, yang membicarakan Jokowi bernada positif sebesar 62,7 persen.

"Sembilan dari 10 orang yang mengenal Jokowi, membicarakannya dengan nada positif. Apapun yang dilekatkan pada Jokowi, akan jadi baik dan bagus. Jokowi sudah jadi mitos, publik tidak rasional lagi dan kehilangan objektivitas dalam memberikan penilaian. Apapun yang menjadi pendapat Jokowi menjadi benar. Siapapun yang mengkritik Jokowi, akan menjadi musuh bersama (public enemy)," tambahnya.

Di tempat yang sama, Pakar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengkhawatirkan nama Gubernur DKI Joko Widodo yang merajai hasil survei karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi mantan wali Kota Solo itu.

"Saya khawatir dengan fenomena ratu adil. Sepertinya Jokowi jadi manusia setengah dewa. Ini capres setengah dewa tidak sehat jangan terjebak dengan mitos ratu adil," katanya.

Hamdi menuturkan Indonesia memiliki sejarah pemimpin yang dianggap ratu adil seperti Soekarno dan Soeharto. "Itu tidak sehat," kata Hamdi.

Ia menegaskan fenomena Jokowi ini memperlihatkan kegagalan partai mengusung calon yang dapat menandingi kader PDIP itu. "Itu kegagalan partai karena yang lain nama-nama lama," kata Hamdi.

Ia pun khawatir kompetisi pada pemilu 2014 akan terhambar karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi Jokowi, sehingga orang malas berpikir karena akan memilih Jokowi.

Cyrus menggelar survei sebanyak empat kali yaitu pada 21--27 Agustus 2013, 13--17 September 2013, 1--5 Oktober 2013 dan 18--24 November 2013. Metode yang digunakan untuk pemilihan responden adalah multistage random sampling (acak) pada 204 desa/kelurahan terpilih di seluruh Provinsi Indonesia.

Jumlah responden sebanyak 1.020 orang dengan usia minimal 17 tahun. Wawancara dilakukan melalui tatap muka. Tingkat kepercayaan survei adalah 95 persen dengan margin of error sebesar plus minus 3,1 persen.

Sementara itu, elektabilitas capres Prabowo Subianto berada di urutan kedua, yakni 11,7 persen, diikuti Aburizal Bakrie 10,4 persen, Wiranto 9,8 persen, Megawati Soekarnoputri 4,2 persen dan Jusuf Kalla 3 persen.
(S037/I007)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013