Havana (ANTARA News) - Kelompok gerilya FARC hari Senin mendesak pemerintah Kolombia mencapai perjanjian norma kemanusiaan, ketika kedua pihak melakukan perundingan lagi di Havana, ibu kota Kuba.

Seorang perunding FARC, Pablo Catatumbo, menyampaikan usulan itu ketika perundingan perdamaian dimulai lagi untuk berusaha mengakhiri konflik setengah abad yang telah berlangsung di Kolombia, lapor AFP.

Catatumbo membaca sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa sebagai pengganti gencatan senjata, kedua pihak perlu menetapkan norma-norma bagi tingkah laku pasukan mereka, termasuk "standar minimum kemanusiaan".

FARC telah lama mendorong gencatan senjata dan dalam dua kesempatan, kelompok gerilya kiri itu menghentikan operasi serangan secara sepihak.

Namun, pemerintah Kolombia berulang kali menolak penghentian permusuhan tanpa tercapai perjanjian perdamaian yang menyeluruh.

Presiden Juan Manuel Santos menyatakan bahwa FARC akan menggunakan gencatan senjata untuk menyusun kembali kekuatan, dan ia berjanji akan terus menekan FARC meski pemerintah melakukan perundingan perdamaian dengan kelompok itu di Havana.

Selama lebih dari setahun, pemerintah Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.

Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014