Jakarta (ANTARA News) - Pola prilaku akses internet pada anak dan remaja mulai bergeser dari komputer ke perangkat mobile seperti smartphone sehingga kian menyulitkan orangtua dalam mengawasi aktivitas internet anak, kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Selasa.

Bila anak mengakses internet melalui komputer atau laptop, orangtua cenderung lebih mudah memantau dan menjaga buah hatinya tidak sampai membuka konten-konten berbahaya.

Orangtua dapat menyetel browser agar anak tidak dapat membuka kata kunci atau situs tertentu, misalnya yang menyangkut pornografi.

Kekhawatiran bahwa anak dapat menyalahgunakan kebebasan akses internet lewat gadget miliknya dapat melahirkan kebijakan seperti larangan membawa gadget ke sekolah.

Linda Amalia menyebutnya pisau bermata dua karena gadget juga terbukti membawa manfaat positif dalam edukasi, seperti kemudahan mencari bahan pelajaran.

"Harus cari solusi dari hulu, jangan dipotong dari tengah-tengah seperti ini," kata Linda di sela jumpa media Seminar Internasional tentang Penggunaan Media Digital di Kalangan Anak dan Remaja di Jakarta, Selasa.

"Solusi dari hulu adalah keteladanan, keimanan dan ketahanan keluarga. Ada benang merah dari pendidikan rumah, ketahanan keluarga dan pendidikan sekolah. Sepanjang itu tidak ketemu akan sulit," papar dia.

Salah satu solusi lain dalam mengawasi aktivitas digital anak adalah "berteman" dengan anak pada akun jejaring sosial sehingga orangtua dapat mengawasi dan berkomunikasi dengan anak demi menciptakan lingkungan aman di dunia siber.

Studi "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama UNICEF menyatakan 69 persen responden menggunakan komputer untuk mengakses internet.

34 persen berselancar di internet melalui laptop dan dua persen lewat video game. Meski masih didominasi penggunaan komputer, jumlah anak dan remaja Indonesia yang memakai ponsel untuk mengakses internet pun tidak kalah jumlahnya, yaitu 52 persen.

Riset Roy Morgan mendukung data ini dengan menyebutkan kepemilikan smartphone di Indonesia berlipat ganda antara tahun 2012 dan 2013 menjadi 24 persen.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014