Lubuklinggau, Sumatera Selatan (ANTARA News) - Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, belum mempromosikan obyek wisata Goa Pondok Batu, karena lahan sekitarnya masih milik masyarakat.

Lokasi Goa Pondok Batu itu memang sudah terdata, tapi belum dilaporkan ke Badan Arkeologi Palembang karena terkendala soal lahan sekitarnya yang belum dibebaskan, kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Lubuklinggau, Yana Pramana, Rabu.

"Kami masih memfokuskan untuk mempromosikan dua obyek wisata andalan Kota Lubuklinggau yakni Air Terjun Temam dan kawasan Bukit Sulap," katanya.

Kedua obyek wisata itu, lanjut dia akan sasaran bagi kunjungan tamu pada pelaksanaan Visit Linggau 2015, maka saat ini tengah dibangun berbagai fasilitas agar pengunjung lebih nyaman dan aman.

Ssetelah lahan sekitarnya sudah dibebaskan, maka wisata goa itu akan di laporkan ke arkeolog Palembang untuk dikembangkan menjadi wisata sejarah.

Lokasi Goa Pondok Batu itu berada di pinggir Sungai Lero, dalam Kecamatan Lubuklinggau Timur I atau sekitar 30 menit dari jantung kota. Kondisinya masih memprihatinkan, ujarnya.

Seorang warga Taba Jemekeh Ali mengatakan Goa Pondok Batu itu diduga bekas peninggalan prasejarah pada zaman penjajahan Belanda. Tempat itu dijadikan masyarakat untuk persembunyian saat melawan tentara kolonial.

Ironisnya goa itu belum mendapat perhatian serius dari Disbudpar setempat, sehingga orang  menjadikan lokasi itu sebagai lokasi berburu harta karun.

Akibatnya banyak gundukan batu dari dalam gua itu dihancurkan lantaran sudah digali, bahkan di lokasi itu banyak ditemukan sesajen karena dijadikan masyarakat sebagai tempat mencari pesugihan.

Ketua Arkeolog Palembang, Sigit Prasetyo didampingi peneliti dari Universitas Udaya (Bali), Rochtri Agung Bawono memperkirakan goa itu merupakan peninggalan sejarah.

"Nanti kalau sudah ada laporan dari Disbudpar Kota Lubuklinggau akan dijadikan lokasi survey karena di wilayah itu terdapat banyak peninggalan pra sejarah," katanya.

Pewarta: Zulkifli Lubis
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014