PBB (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Senin (30/6) dengan keras mengutuk pembunuhan seorang prajurit pemelihara perdamaian PBB di Mali.

Ban mengatakan kejahatan itu "takkan menghapus tekad PBB untuk mendukung rakyat Mali dalam upaya mewujudkan perdamaian yang langgeng dan kestabilan di negeri mereka".

"Sekretaris Jenderal dengan keras mengutuk ledakan bom rakitan (IED) hari ini, 30 kilometer di sebelah barat Timbuktu di Mali, sehingga menewaskan seorang prajurit pemelihara perdamaian dari Burkina Faso dan melukai enam lagi personel helm biru," kata satu pernyataan yang dikeluarkan di Markas PBB oleh juru bicara Ban.

Prajurit pemelihara perdamaian PBB tersebut tewas dan enam lagi cedera di Mali pada Senin pagi, ketika kendaraan mereka melindas ranjau darat di bagian utara negara Afrika Barat itu, kata beberapa laporan.

"Kejahatan ini, yang dilakukan terhadap personel PBB saat mereka melaksanakan mandat mereka, takkan menghilangkan tekad PBB untuk mendukung rakyat Mali dalam upaya mereka mewujudkan perdamaian yang langgeng dan kestabilan di negara mereka sebagaimana dimandatkan oleh Dewan Keamanan dalam Resolusi 2164 (2014)," kata pernyataan itu.

Sekretaris Jenderal menyampaikan belasungkawa yang paling dalam kepada keluarga korban dan pemerintah serta rakyat Burkina Faso, kata pernyataan tersebut. "Ia mendoakan kesembuhan cepat dan sepenuhnya prajurit yang cedera."

Serangan pada Senin adalah yang kedua pada Juni terhadap Misi Stabilisasi Terpadu Banyak Dimensi PBB di Mali (MINUSMA).

Pada 11 Juni, satu kamp MINUSMA di Aguelhok diserang dengan menggunakan bom mobil, sehingga menewaskan empat prajurit pemelihara perdamaian PBB dari Chad dan melukai enam lagi personel helm biru.

Pada 14 Desember 2013, dua prajurit pemelihara perdamaian PBB dari Senegal tewas dalam satu ledakan bom mobil di Kota Kecil Kidal, Mali Timurlaut, kubu gerilyawan separatis Tuareg.

Mali telah menyaksikan kudeta militer, pertempuran yang berkecamuk lagi antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Tuareg, dan direbutnya wilayah utara oleh gerilyawan fanatik sejak awal 2012.

Negara Afrika Barat sekarang dalam proses pemulihan demokrasi dengan bantuan PBB dan lembaga regional Afrika, termasuk Uni Afrika dan Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS).

Pada 25 April, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengesahkan resolusi untuk menyetujui MINUSMA dengan 12.600 prajurit untuk mengambil-alih tanggung jawab dari misi pimpinan Afrika di Mali pada 1 Juli.

Resolusi itu juga mengesahkan penggelaran personel helm biru "untuk memikul tugas stabilisasi yang berkaitan dengan keamanan, melindungi warga sipil, staf PBB dan artefak budaya, serta memfasilitasi bantuan kemanusiaan".

Tugas inti MINUSMA ialah mendukung proses politik di Mali, melalui kerja sama erat dengan Uni Afrika dan ECOWAS, kata resolusi itu, demikian laporan Xinhua.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014