Kolombo (ANTARA News) - Presiden baru Sri Lanka, Senin, kembali menunda pembentukan kabinetnya karena gagal mencapai kesepakatan dengan mitra-mitra dalam koalisi besarnya terkait pembagian portofolio menteri.

Presiden Maithripala Sirisena awalnya berjanji untuk membentuk pemerintahan pada Minggu (11/1), tetapi para ajudannya mengatakan pembahasan mengenai pembentukan kabinet masih berlangsung, demikian laporan AFP.

Para analis telah memperingatkan bahwa Sirisena, yang menyingkirkan veteran kuat Mahinda Rajapakse dalam pemilihan presiden pekan lalu, mungkin akan kesulitan untuk memenuhi keinginan beragam dalam koalisi yang mendukung kampanyenya.

"Kabinet hampir selesai, namun terjadi beberapa kebimbangan dalam mengakomodasi (keinginan) para mitra," kata seorang pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Sirisena pada Minggu (11/1) mengundang semua pihak untuk bergabung dengan kabinetnya dan melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, setelah berjanji akan memperbaiki hubungan dengan pihak Barat.

Menlu AS itu mengatakan pihaknya ingin memperkuat hubungan dengan Sri Lanka, yang sempat memburuk di bawah pemerintahan Rajapakse.

Presiden Sirisena, yang membutuhkan dukungan mayoritas dari 225 anggota majelis untuk meneruskan reformasi ambisius, telah bergerak untuk memperkuat pengaruhnya di parlemen dengan mengamankan adanya kemungkinan pembelotan lebih lanjut dari pihak Rajapakse.

Dia berjanji untuk membalikkan banyak perubahan konstitusi yang telah dibuat oleh presiden sebelumnya (Rajapakse), yang telah menempatkan kekuasaan besar atas semua lembaga-lembaga penting ke tangan presiden, termasuk lembaga peradilan.

Partai Kebebasan Sri Lanka (SLFP) pendukung Rajapakse mengalami perpecahan pada Minggu malam ketika satu bagian dari komite pengambilan kebijakan pusat partai itu memisahkan diri dan menjanjikan dukungan untuk Sirisena.

Loyalis Sirisena, Duminda Dissanayake, mengatakan SLFP telah menunjuk presiden baru Sri Lanka itu sebagai pemimpin partai, meskipun hal itu segera ditantang oleh kubu Rajapakse.

Perpecahan tersebut adalah suatu kemunduran serius bagi upaya Rajapakse untuk mempertahankan kendali atas partainya, yang telah terpukul oleh sejumlah besar pembelotan setelah mantan Menteri Kesehatan Sirisena memisahkan diri akhir tahun lalu.

Sirisena telah memimpin pembelotan terbesar dalam sejarah pemerintah di Srilanka sejak merdeka dari Inggris pada 1948.
(Uu.Y012)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015