Aturan (Basel III) berat dan rigid,"
Davos (ANTARA News) - Indonesia bakal terkena dampak aturan perbankan di dunia yang makin ketat dan akan membuat biaya makin besar sehingga akan menekan perbankan yang bergerak di sektor pembiayaan.

Dirut PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin, ketika ditemui di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Kamis, mengatakan masalah ketahanan bank yang ada dalam ketentuan Basel III menjadi topik pembicaraan para bankir global.

"Aturan (Basel III) berat dan rigid," ujarnya usai menghadiri diskusi bertema The New Banking Context pada WEF hari kedua.

Penerapan Basel III, lanjut dia, akan menyebabkan "cost of fund" perbankan skala mikro, kecil, dan menengah, meningkat karena harus meningkatkan modal lebih besar akibat penetapan cadangan likuiditas dalam giro wajib minimum yang juga lebih tinggi.

Basel III, kata Budi, dinilai para bankir terutama yang bergerak di sektor pembiayaan (financial banking) tidak adil. Ketentuan pada Basel III cenderung menghukum dan menyamaratakan semua bank sebagai penyebab krisis keuangan.

"Padahal penyebab krisis keuangan adalah bank-bank investasi besar, seperti Lehman Brothers, Goldmans Sachs, dan Merril Lynch," kata dia.

Dampaknya terutama bagi perbankan di Indonesia yang adalah kesulitan membiayai proyek-proyek besar seperti infrastruktur karena harus meningkatkan modal yang lebih besar untuk pembiayaan kredit tersebut yang cenderung jangka panjang.

"Selain itu penerapan Basel III bisa berdampak pada (kredit) di sektor perdagangan dan usaha kecil menengah (UKM) tidak tumbuh," kata Budi.

Basel III, menurut dia, membuat operasional perbankan terutama di sektor pembiayaan menjadi lebih sulit dan mahal.

Ia mencontohkan di Uni Eropa, unrated bank yang dianggap berisiko tinggi, rasio kecukupan modalnya (CAR) dinaikkan dari delapan menjadi 10 persen.

"Itu jadi ramai didiskusikan di sini (WEF)," kata Budi.

Ajang pertemuan tahunan WEF yang berlangsung sejak 21 Januari 2015 tersebut dihadiri oleh lebih dari 2.000 pemimpin perusahaan global, termasuk perbankan dari berbagai negara.

Pada bagian lain, Budi juga mengungkapkan diskusi hangat kalangan CEO di bidang keuangan adalah rencana Bank Sentral Eropa (ECB) menyuntikan dalam dalam program quantitative easing (QE) melalui pembelian obligasi di pasar senilai 50 miliar Euro.

"Buat Indonesia, dampak kebijakan Bank Sentral Eropa itu tidak besar, karena biasanya investasi (keuangan) Eropa ke Indonesia tidak langsung, seperti Amerika Serikat," katanya.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015