Beijing (ANTARA News) - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Tiongkok dan Amerika Serikat, sebagai dua negara besar berpengaruh di Asia Pasifik, harus mampu menahan diri guna menjaga dan memelihara stabilitas dan perdamaian di kawasan.

"Saya berharap Tiongkok dan AS dapat menahan diri, untuk menghindari miscalculation, yang dapat memicu ketegangan dan konflik di kawasan," katanya, melalui jawaban tertulis kepada Antara di Beijing, Senin, sebelum bertolak kembali ke Tanah Air.

Yudhoyono menambahkan, "Kalau pun pertentangan tidak dapat diselesaikan secara menyeluruh maka kedua pihak harus menerapkan prinsip maximum restrain, di mana keduanya dapat saling menahan diri dengan menjunjung tinggi semangat dialog, kerja sama dan kemitraan,".

Presiden keenam RI yang karib dengan sapaan SBY tersebut, berada di Beijing sebagai pembicara kehormatan pada Forum keempat Perdamaian Dunia (World Peace Forum) 27-28 Juni 2015.

Pada forum yang dihadiri beberapa mantan pejabat tinggi sejumlah negara, praktisi, analis dan pakar keamanan internasional tersebut, SBY menyatakan bahwa tidak dapat dipungkiri Tiongkok dan AS adalah dua pemain besar di Asia Pasifik.

"Tiongkok telah bangkit menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, didukung militer yang kuat, besar dan modern. Di satu sisi AS dengan segala sumber daya yang besar dan kuat pula, telah lama menjalankan peran dan pengaruhnya di Asia Pasifik, baik di sisi ekonomi maupun militer," tuturnya.

Dinamika hubungan antara Tiongkok dan AS, diharapkan dapat menghindari krisis dan konflik di kawasan, menuju kemitraan abad XXI atas dasar kesetaraan dan saling menghormati, tutur SBY.

Ketegangan kembali terjadi antara Tiongkok dan AS. Langkah Tiongkok menguji coba pesawat siluman hipersonik Wu-14 dinilai sebagai sinyal kemarahan Beijing terhadap AS, yang melibatkan diri dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.

Pakar dari Australia bahkan berpendapat dua negara adidaya ini sejatinya sudah berada di jalur perang yang dipicu klaim Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan.

AS telah menganggap langkah Tiongkok yang menguji coba pesawat siluman hipersonik Wu-14 sebagai "manuver ekstrem" di tengah ketegangan dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.

Menteri Pertahanan AS Ashton Carter sebelumnya telah memperingatkan Tiongkok bahwa Washington tidak akan menghindar untuk menghadapi ekspansi Beijing atas kawasan Laut Tiongkok Selatan.

AS sejatinya tidak terlibat langsung dalam klaim kepulauan di Laut Tiongkok Selatan. Karena wilayah itu hanya diperebutkan Tiongkok, Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam dan Taiwan.

Namun, AS melibatkan diri dalam konflik setelah pesawat mata-matanya diusir Angkatan Laut Tiongkok saat manuver di kawasan yang dianggap Washington sebagai wilayah udara internasional.

Selain karena insiden itu, AS melibatkan diri dalam konflik karena diduga memiliki kepentingan militer di negara-negara yang jadi "musuh" Tiongkok dalam sengketa itu.

Mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd pada forum yang sama mengatakan perlu peran besar bersama Tiongkok dan AS, untuk menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di Asia Pasifik.

Mungkin perlu komunitas Asia Pasifik yang dapat menjembatani kepentingan Asia dan negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Tiongkok dan AS. "Ini memang memerlukan kesabaran untuk menciptakan kepercayaan strategis antara kedua pihak," ujarnya.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015