Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin kembali tidak memenuhi panggilan KPK untuk diperiksa sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi kerja sama rehabiliasi kelola dan transfer untuk instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar tahun anggaran 2006-2012.

"Pak Ilham masih medical check up di Singapura, Rabu (8/7) besok dia kembali. Insya Allah Jumat (10/7) siap diperiksa," kata pengacara Ilham, Rudy Alfonso melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Senin.

KPK menjadwalkan ulang pemanggilan Ilham sebagai tersangka pada Senin (6/7) setelah Ilham tidak memenuhi dua panggilan pemeriksaan sebelumnya yaitu pada 24 dan 29 Juni karena beralasan melaksanakan ibadah umroh dan dilanjutkan untuk melakukan medical check up di National University Hospital di Singapura pada 3 Juli.

"Surat pemberitahuan sudah diberikan sejak Jumat (3/7) minggu lalu," tambah Rudi.

Medical check up pada Senin (6/7) adalah untuk pemeriksaan tulang sedangkan pada Selasa (7/7) untuk jalani pemeriksaan lambung dan jantung.

Pemanggilan Ilham adalah berdasarkan surat perintah penyidikan (sprindik) baru per 5 Juni 2015, karena pada 12 Mei 2015, hakim tunggal Yuningtyas Upiek Kartikawati di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan permintaan Ilham Arief Sirajuddin untuk membatalkan penetapan dirinya sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Namun atas penetapan ulang dirinya sebagai tersangka, Ilham kembali mengajukan praperadilan pada 16 Juni 2015 ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan sidang praperadilan sudah dimulai pada pekan lalu.

Ilham juga sudah dicegah KPK untuk bepergian keluar negeri sejak 25 Juni 2015.

Politisi Partai Amanat Nasional itu diduga menyebabkan kerugian negara hingga Rp38,1 miliar.

Selain Ilham Arif Sirajuddin, KPK juga menetapkan Direktur Utama PT Traya Tirta Makassar Hengky Widjaja sebagai tersangka.

Badan Pemeriksa Keuangan pada 8 November 2012 lalu sudah menyerahkan data hasil audit perusahaan milik Pemkot Makassar itu kepada KPK. Hasil audit tersebut adalah ditemukan potensi kerugian negara dari kerja sama yang dilakukan PDAM dengan pihak swasta hinga mencapai Rp520 miliar.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015