Saya menginginkan musik tidak hanya menjadi hiburan semata, akan tetapi menjadi suatu media pendidikan."
London (ANTARA News) - Komposisi musik klasik hasil kreasi Setyawan Jayantoro, yang dikenal sebagai soloist violin sekaligus, komposer, dosen di Institut Seni Yogyakarta (ISI) dimainkan dalam pagelaran yang dinamakan "Konser Munch og Mozart".

Komposisi berjudul "Ekstensya for String Orchestra" dimainkan musisi Norwegia yang merupakan bagian dari Norwegian Academy of Music di Oslo, Norwegia, dihadiri Dubes RI untuk Norwegia, Yuwono A. Putranto, di Aula Universitas Oslo, Norwegia, Jumat.

Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Oslo, Dilla Trianti kepada Antara London, Jumat menyebutkan Konser Munch og Mozart persembahan Professor Terje Moe Hansen ini merupakan perayaan kiprah Professor Terje selama 30 tahun di dunia musik.

Partisipasi Setyawan Jayantoro dalam konser atas undangan Professor Terje Moe Hansen, violis dan juga professor biola ternama dunia menghasilkan berbagai karya, metode biola dan juga violis-violis profesional Norwegia.

Selain komposisi ciptaan Setyawan Jayantoro, konser juga menampilkan Gregory Maytan dari Amerika Serikat dan Pieter van Loenen dari Belanda.

Selain Norwegian Academy of Music di Oslo, Professor Terje secara rutin mengajar di Universitas dan Akademi Musik di dunia seperti Michigan State University, Guildhall School of Music, the Music Conservatories di Copenhagen, Amsterdam dan Den Haag, dan lainnya.

Kerja sama antara kedua musisi ini bukan yang pertama, tahun 2014, Toro panggilan akrab Setyawan Jayantoro, perintis kelompok musik Ekstensya di Yogyakarta, bekerja sama dengan Professor Terje mengadakan proyek Ekstensya String Music Camp yang diikuti sejumlah musisi alat musik gesek dari berbagai daerah di Indonesia.

Music camp tersebut diakhiri dengan konser musik klasik yang bertempat di Candi Sukuh, Jawa Tengah yang dibawakan oleh seluruh peserta, juga Toro dan Professor Terje.

Setyawan Jayantoro mengatakan keberadaan musik klasik di Indonesia khusunya di kalangan generasi muda dianggap musik yang rumit, sulit dicerna, membosankan, musiknya orang tua dan berbagai anggapan lainnya seperti eksklusif.

Diakuinya adanya pandangan tersebut eksistensi musik klasik sebagai seni dan juga sebagai sarana pendidikan pengembangan masih jarang di Indonesia.

Oleh sebab itu, komposisi yang akan dimainkan merupakan karya yang dibuat berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi Toro terhadap apreasiasi masyarakat Indonesia terhadap musik klasik.

Konsep gaya yang ditanamkan dalam komposisi secara umum merepresentasikan semangat jiwa muda yang selalu ingin bergerak progresif, terus belajar, saling menghargai, dan bersinergi. "Saya menginginkan musik tidak hanya menjadi hiburan semata, akan tetapi menjadi suatu media pendidikan," ujar Toro.

Dubes Yuwono mengatakan KBRI Oslo sejak awal mendukung rencana Toro untuk tampil dalam konser tersebut, karena hal ini merupakan bagian dari kerja sama bilateral yang erat antara RI dan Norwegia, khususnya dalam diplomasi kebudayaan.

Lebih khusus lagi, kehadiran Toro sebagai komposer musik klasik merupakan bukti bahwa musisi muda Indonesia mempunyai kemampuan untuk pentas di panggung dunia, untuk itu ia mengajak masyarakat Indonesia di Norwegia, mendukung dan menyukseskan kiprah luar biasa Toro di Oslo ini.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015