Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau memutuskan untuk merelokasi tiga bayi Orangutan Sumatera, yang menjadi korban sindikat perdagangan satwa liar, ke Provinsi Sumatera Utara untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik di "Sumatran Orangutan Conservation Program".

"Kami memutuskan merelokasi mereka karena bayi Orangutan ini rata-rata berusia di bawah satu tahun sehingga butuh penanganan khusus," kata Kepalas Seksi Perlindungan BBKSDA Riau, Rinaldo, kepada Antara di Pekanbaru, Minggu.

Sebelumnya, tiga bayi Orangutan itu diselamatkan oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau saat menangkap anggota sindikat perdagangan satwa dilindungi pada Sabtu (7/11).

Dari penangkapan itu, polisi menyita tiga bayi orangutan yang akan diperdagangkan di Pekanbaru dengan harga Rp25 juta per ekor. Primata tersebut merupakan orangutan dari spesies "pongo abelii" yang berhabitat di hutan Provinsi Aceh.

Rinaldo menjelaskan sebelum direlokasi, tiga bayi Orangutan berusia 6-12 bulan itu dititipkan sementara di Klinik Dokter Hewan di Jalan Melur, Pekanbaru.

Kondisi ketiganya yang sempat stres dan diare sudah membaik karena mendapat perawatan dari tiga dokter hewan di klinik tersebut.

Menurut dia, keputusan relokasi ke "Sumatran Orangutan Conservation Program" (SOCP) dilatarbelakangi program tersebut sudah cukup lama menangani Orangutan di Aceh, Sumut dan Jambi.

"Mereka ahlinya, jadi penanganan akan lebih bagus sampai bayi Orangutan itu bisa diliarkan ke habitatnya," ujarnya.

Manajer Program SOCP, Asril Abdillah, menjelaskan tiga bayi Orangutan itu akan dibawa melalui jalan darat sekitar 14 jam dari Pekanbaru ke pusat karantina di Desa Batu Melin Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.

Satu bayi Orangutan yang paling dewasa ditempatkan di kandang, sedangkan dua bayi lainnya digendong oleh dokter hewan.

"Di pusat karantina Batu Melin sudah ada 49 Orangutan lainnya. Ketiga bayi Orangutan ini akan mendapat penanganan khusus dari dokter hewan selama 24 jam penuh disana," kata Asril.

Relokasi tiga bayi Orangutan ini menjadi tontonan warga setempat yang penasaran ingin melihat langsung tiga tingkah primata itu.

Sementara itu, bagi pegawai klinik dokter hewan dan WWF Program Riau, relokasi tiga bayi Orangutan itu menjadi momen yang mengharukan bagi mereka. Meski hanya sebentar dirawat di klinik itu, hubungan emosional tiga bayi Orangutan dengan pegawai klinik sudah mulai terjalin.

Tiga bayi Orangutan itu sudah diberi nama, yakni untuk bayi jantan paling kecil dinamai Unyil, bayi jantan satunya dinamai Usro, dan bayi betina yang paling besar dari ketiganya diberi nama Melani.

"Awalnya saya terpikir ingin menjadi ibu angkat untuk bayi Orangutan ini karena mereka lucu-lucu. Tapi mereka akan berada ditangan yang lebih baik di SOCP. Makanya waktu Orangutan itu berangkat, saya sampai menangis," kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015