PBB, New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB, Senin (30/11), mengutuk serangan terhadap satu pangkalan misi PBB di Republik Demokratik Kongo (DRC) --MONUSCO-- oleh gerilyawan Uganda.

Serangan itu dipastikan oleh Pasukan Pertahanan Sekutu (ADF) di Kivu Utara, bagian timur DRC, menewaskan seorang prajurit pemelihara perdamaian dari Malawi, empat prajurit Angkatan Bersenjata Kongo dan beberapa warga sipil. 

Serangan juga melukai beberapa orang lagi, termasuk seorang prajurit pemelihara perdamaian, kata satu pernyataan pers yang dikeluarkan dewan itu, Senin (30/11).

Dewan tersebut menyampaikan belasungkawanya buat keluarga prajurit pemelihara perdamaian yang tewas, kepada Pemerintah Malawi dan kepada MONUSCO, serta kepada Pemerintah DR Kongo.

Dewan itu mengutuk sekeras-kerasnya serangan yang berulangkali dilakukan terhadap warga sipil oleh ADF di Kivu Utara, yang sudah menewaskan lebih dari 500 warga sipil sejak Oktober 2014", kata pernyataan itu.

Badan dengan 15 anggota tersebut juga menekankan "yang paling penting ialah menetralkan, sekarang dan selamanya, semua kelompok bersenjata di DRC.

Dewan itu juga menyerukan segera dilanjutkannya operasi terhadap kelompok tersebut.

ADF, kelompok yang berasal dari Uganda dan muncul pada 1990-an, terus melakukan serangan dan pelecehan hak asasi manusia yang meliputi pembunuhan warga sipil, perkosaan, penculikan dan penjarahan di DRC kendati militer Kongo berusaha memburu anggotanya.

Pawa awal November, 14 pekerja sosial, yang bekerja di DRC, diculik di kawasan timur negeri itu, kata kantor pekerja tersebut.

"dua belas peneliti dan dua sopir, yang dalam perjalanan kembali dari tugas mengumpulkan bukti keadaan gizi, diculik di wilayah Rutshuru di kota Katwiguru," kata Kepala Pusat Pembangunan Desa, Pau Muhasa.

Kota tersebut berjarak sekitar 120Km arah timur laut Goma, Ibu Kota Kivu dan merupakan kota utama di kawasan tersebut.

"Jatidiri penyerang belum diketahui," kata Muhasa melalui telepon dari Goma.

Dalam penjelasan melalui telepon dari Rutshuru, Wakil Kepala Pemerintahan Liberata Burotwa mengatakan ia mencurigai gerilyawan dari Pasukan Demokratik Pembebasan Rwanda berada di balik penculikan itu. 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015