Dari total 305 hektare luas lahan yang terbakar, tidak akan semuanya yang dihijaukan, karena pascakebakaran ternyata masih banyak tanaman yang tumbuh lagi,"
Sleman (ANTARA News) - Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) mulai melakukan penghijauan di kawasan hutan yang terkena bencana kebakaran pada musim kemarau lalu.

"Sudah sejak beberapa waktu lalu kami mulai melakukan penghijauan di lahan hutan yang pernah terbakar pada Juli hingga November 2015 di wilayah Magelang dan Boyolali, Jawa Tengah," kata Kepala Seksi Wilayah I TNGM, Nurpana Sulaksono di Sleman, Minggu.

Menurut dia, penanaman pohon di lereng Gunung Merapi tersebut memanfaatkan datangnya awal musim hujan ini agar bibit-bibit pohon dapat tumbuh.

"Dari total 305 hektare luas lahan yang terbakar, tidak akan semuanya yang dihijaukan, karena pascakebakaran ternyata masih banyak tanaman yang tumbuh lagi," katanya.

Ia mengatakan, dalam penghijauan ini hanya menanam tanaman-tanaman yang memang mempunyai ketahanan terhadap bencana kebakaran saja, seperti pohon Senu, Tesek, Elo, Tutup, Rampelas, Dadap.

"Jenis-jenis tanaman tersebut masih dapat hidup dan mampu tumbuh trubusan-trubusan baru setelah terbakar," katanya.

Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Dhany Suryawan mengatakan dalam penghijauan tersebut pemilihan jenis tanaman pohon yang cepat tumbuh dan punya ketahanan terhadap kekeringan.

"Penghijauan ini 100 persen menggunakan dana dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TNGM," katanya.

Dhany mengatakan, selama satu tahun minimal 100 hektare lahan bekas kebakaran bisa kembali hijau. Terutama di Kecamatan Srumbung dan Dukun, Magelang yang merupakan wilayah paling parah terdampak bencana kebakaran.

"Dalam penanaman pohon ini juga diberi suatu sekat bakar. Agar ketika sewaktu-waktu terjadi bencana kebakaran di wilayah lain, api tidak mudah merambat ke lahan dengan tanaman baru. Selain itu juga melakukan peningkatan standar dan kuantitas peralatan atau perlengkapan pemadaman kebakaran. Serta kolaborasi dengan berbagai pihak lebih diintensifkan," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016