Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (Asbihu-NU) KH Musthofa Aqil Siradj menyatakan umat Islam perlu mewaspadai radikalisme akidah yang membawa kesesatan dan berujung pada tindakan kekerasan kapan dan di mana pun.

Adik kandung dari Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj itu mengemukakan hal itu di hadapan para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) pada silaturahim di Jakarta, Kamis.

"Kami perlu mengingatkan hal itu, karena jemaah umrah selama berada di Saudi Arabia akan menjumpai paham Wahabi dan lainnya yang tidak sesuai dengan Islam Nusantara," katanya.

Para pengurus KBIH, kata Musthofa, perlu memagari jemaah dari provokasi ajaran yang bertentangan dengan Islam yang rahmatan lil alamin.

Menurut dia, radikalisme akidah itu wujudnya berbagai macam. Bisa dengan cara provokasi melalui buku-buku dan diajak mendengarkan ceramah-ceramah.

"Muaranya, ajaran tersebut menghalalkan darah kelompok lain. Itu kan penyesatan. Kita harus menghindari dan melindungi jamaah umrah, termasuk haji dari paham demikian," harap Musthofa.

Itulah sebabnya, katanya, Asbihu-NU merasa perlu menggelar silaturahim dengan para pengurus KBHI. Pada acara ini hadir Waketum Asbihu NU KH Hafidz Taftazani dan sejumlah pejabat dari Bank Mandiri Syariah.

Ia menambahkan para pengurus KBIH yang umumnya dari kalangan ulama dan dai itu diharapkan ke depan mengambil peran lebih luas lagi.

"Tidak hanya sebatas memberi bimbingan manasik haji kepada jemaah umrah dan haji, tetapi ke depan lebih penting lagi menyebarkan dan menyosialisasikan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin di berbagai kesempatan," katanya.

Untuk memperkuat akidah umat Islam itu, katanya, pengurus Asbihu-NU belum lama ini telah beraudiensi dengan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri untuk mendapat dukungan, sehingga para mubalig dalam kegiatannya bisa lebih optimal.

KH. Hafidz Taftazani menyatakan data KBIH di Indonesia sekitar 1.200 KBIH dengan 120 di antaranya berada di Jakarta. Para pengurus KBIH diharapkan dapat meningkatkan pelayanan, kenyamanan, perlindungan, rasa aman dan pembinaan yang optimal.

"Hal ini menjadi penting karena ibadah tersebut membutuhkan pemahaman yang komprehensif," katanya.


Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016