Jakarta (ANTARA News) - PT. Bank Mandiri Persero Tbk mengantongi laba bersih Rp20,3 trilun pada 2015, atau hanya tumbuh 2,3 persen dibanding pencapaian 2014 yang sebesar Rp19,8 triliun.

Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, dalam paparan publik di Jakarta Selasa, pertumbuhan laba satu digit itu salah satunya karena perseroan banyak mengalokasikan pendapatan untuk biaya pencadangan.

Bank berkode emiten BMRI itu menyimpan biaya pencadangan di akhir 2015 hingga Rp12,04 triliun, atau naik signifikan dibanding akhir 2014 sebesar Rp5,5 triliun.

"Sebagian (dari pendapatan) memang kita masukkan ke biaya pencadangan untuk jaga dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL)," ujar dia.

Dengan kondisi perekonomian yang membaik, Budi yakin laba Mandiri akan meningkat pada 2016, meskipun dia enggan merinci target pertumbuhan laba tersebut.

Dari berbagai sumber pendapatan Mandiri, tercatat pendapatan komisi (fee based income) tumbuh paling tinggi yakni 23,7 persen atau Rp18,6 triliun. Sedangkan sumber pendapatan dari operasional (operating income) tumbuh 18 persen menjadi Rp67,1 triliun.

Fungsi intermediasi Mandiri tercatat dari pertumbuhan kredit yang mencapai 12,4 persen atau sebesar Rp595,5 triliun. Sedangkan pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) Mandiri secara konsolidasi (dengan Bank Syariah Mandiri) naik 0,11 persen menjadi 6,08 persen.

Penyaluran kredit perseroan paling banyak ditopang dari pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 22,9 persen menjadi Rp42,5 triliun. Sedangkan kredit ke sektor produktif tumbuh 13,0 persen atau mencapai Rp463,8 triliun, yang didorong porsi pertumbuhan industri pengolahan sebesar 21,7 persen.

Rasio kredit bermasalah (Non performing loan/NPL) secara net sebesar 0,9 persen.

Dengan pertumbuhan penyaluran kredit itu, aset Mandiri akhir 2015 tumbuh 6,4 persen menjadi Rp910,1 triliun dari Rp855 triliun di tahun sebelumnya.

Sedangkan likuiditas Mandiri diklaim membaik, ditandai dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,3 persen menjadi Rp676,4 triliun.

Dari komponen DPK tersebut, dana murah yakni giro dan tabungan mencapai Rp443,9 triliun. Sisanya merupakan dana mahal dari deposito

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016