Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Taiyoung Cho berharap Indonesia memberi tekanan bagi Korea Utara atas program pengembangan nuklirnya.

"Saat ini diskusi sudah bukan menjadi pilihan lagi, karena kami sudah berusaha berdiskusi dengan mereka (Korea Utara) lebih dari 50 tahun," ujar Duta Besar Taiyoung di Jakarta, awal pekan lalu.

Dalam kesempatan wawancara khusus dengan Antara, Selasa (10/5), Taiyoung mengaku semua usaha diskusi dengan Korea Selatan tidak akan membuahkan hasil sehingga harus dengan memberikan tekanan.

Taiyoung juga berharap tekanan dapat diberikan oleh pemerintah Indonesia bersama dengan negara lain yang menentang proliferasi nuklir Korea Utara.

Selama ini Korea Utara disinyalir mengembangkan program nuklirnya bersamaan dengan pengembangan kekuatan persenjataannya.

Kekhawatiran tersebut semakin menjadi setelah beberapa kali pihak Korea Utara menguji coba misil jarak jauhnya pada awal 2016.

Duta Besar Taiyoung mengharapkan agar diskusi atas pemberian tekanan terhadap Korea Utara dapat dilakukan dalam kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke Korea Selatan yang dimulai sejak Minggu (15-18 Mei).

Dalam lawtannya, Presiden Jokowi juga dijadwalkan untuk menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman bilateral di berbagai sektor.

"Presiden Jokowi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Seoul, Korea Selatan yang dimulai pada Minggu (15/5) memenuhi undangan Presiden Park Geun-hye," ujar Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Taiyoung Cho di Jakarta, Selasa (10/5).

Menurut Dubes Taiyoung, sejumlah nota kesepahaman tersebut mencakup beberapa sektor diantaranya di bidang lingkungan hidup, industri kreatif, kehutanan, pengolahan lahan gambut, perdagangan dan lainnya.

Taiyoung juga menambahkan akan ada pengukuhan kesepahaman di bidang pabrik baja dan kimia dalam rangkaian kunjungan yang direncakan akan berlangsung selama tiga hari tersebut.

Korea Selatan sendiri merupakan investor ke-lima terbesar Indonesia dengan jumlah investasi sebesar 1,2 miliar dolar AS pada 2015, sedangkan puncak perdagangan kedua negara mencapai 30 miliar dolar AS pada 2011.

Presiden Jokowi juga dijadwalkan untuk melakukan pertemuan bisnis antara lain pertemuan bisnis "one on one" dan "Luncheon Roundtable Discussion" bersama 20 pengusaha terbesar Korea Selatan.

Selain itu, presiden akan memberikan pidato pada "Asian Leadership Conference" yang merupakan forum diskusi besar di Korsel yang mengangkat tema kepemimpinan dan inovasi.

Pewarta: Ageng Wibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016