Berlin (ANTARA News) - Beberapa anggota parlemen Jerman mengatakan pada Ahad bahwa tentara negara itu yang bertugas di pangkalan udara Incirlik, Turki, hendaknya dipulangkan jika Ankara terus mencegah anggota lembaga itu mengunjungi fasilitas tempat tentara tersebut.

Turki, yang marah terhadap resolusi yang disahkan parlemen Jerman (Bundestag) bulan lalu yang menyebut pembunuhan massal orang-orang Armenia tahun 1915 oleh pasukan Ottoman (Usmaniyah) merupakan genosida, telah menolak akses bagi para anggota parlemen Jerman ke pangkalan itu.

Kanselir Angela Merkel mengatakan para anggota parlemen harus diizinkan mengunjungi 250 prajurit yang bertugas di pangakalan itu dan berperan serta dalam operasi-operasi NATO melawan militan ISIS di Irak, namun ia tidak mengeluarkan ancaman untuk menarik tentara tersebut.

Hubungan antara Jerman dan Turki, mitra strategis dalam mengatasi migrasi massal ke Eropa, telah terganggu dalam beberapa bulan terakhir. Presiden Tayyip Erdogan dibuat marah oleh siaran lagu satir tentang dirinya di televisi Jerman. Resolusi Armenia bulan lalu, yang mendorong Ankara menarik duta besarnya, memperburuk hubungan itu.

Cem Ozdemir, pemimpin partai Hijau yang beroposisi di Jerman dan keturunan Turki, mengatakan kepada televisi ARD bahwa situasi itu tak dapat diterima.

"Sebagai anggota parlemen yang mengirim tentara ke berbagai tempat, kami harus tahu di mana mereka berada, bagaimana mereka dan dapat berbicara dengan tentara itu. Jika hal tersebut tak mungkin maka tentara harus kembali ke Jerman," kata dia seperti dilaporkan Reuters.

Para anggota parlemen menyetujui pengeluaran militer dan investasi di bidang infrastruktur di pangkalan tersebut.

Ketika ditanya apakah ia akan mempertimbangkan menarik tentara dari Incirlik jika kesepakatan tak tercapai, Merkel mengatakan ia fokus pada usaha-usaha menyelesaikan hal itu lewat pembicaraan.

"Harus dicarikan jalan bagi para anggota parlemen untuk mengunjungi tentara itu. Kami harus terus berkerja mengenai hal ini, solusi belum ditemukan," kata dia dalam wawancara dengan radio ZDF .

Merkel bertemu dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan di sela konferensi tingkat tinggi NATO di Warsawa pada Sabtu. Ia mengatakan suasana pertemuannya konstruktif tetapi masih ada perbedaan di antara mereka.

Andreas Scheuer, Sekretaris Jenderal Uni Sosial Kristen (CSU) dari Bavaria yang merupakan bagian dari blok konservatif Merkel di parlemen, mengatakan para anggota parlemen harus diizinkan mengunjungi tentara.

"Akibat dari sikapnya, Presiden Turki Erdogan berisiko atas penarikan tentara Jerman," kata dia seperti disiarkan harian Tagesspiegel, menurut rangkuman yang dikirim sebelumnya.

Turki menerima bahwa banyak warga Armenia Kristen yang hidup di masa Kekaisaran Ottoman meninggal dalam bentrokan-bentrokan dengan pasukan Ottoman dalam Perang Dunia I tetapi menolak sampai 1,5 juta orang terbunuh dan bahwa pembunuhan itu merupakan genosida. Juga dikatakan banyak warga Muslim Turki meninggal dalam bentrokan-bentrokan.
(M016/C003) 

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016