... kemarahan itu sudah menjadi semacam wabah. Sakit hati sedikit saja bisa membuat orang terluka...
Jakarta (ANTARA News) - Pastor Frans Magnis Suseno SJ yang juga budayawan, mengatakan, masyarakat yang hidup pada masa kini adalah masyarakat canggih yang mudah terluka.

Luka itu, lanjut bangsawan Jerman yang sudah lama menjadi WNI itu, memicu kekerasan demi kekerasan di berbagai belahan dunia, sebagaimana terjadi di Indonesia, Amerika Serikat, dan Prancis.

Kemarin malam terjadi serangan teroris dalam bentuk yang sukar dibayangkan selama ini. Di tengah kerumunan massa yang memenuhi kawasan French Riviera, Nice, Prancis, di pesisir Laut Mediterania, satu truk putih besar meluruk begitu saja dan menubruk semua orang yang ada di depannya. 

Massa wisatawan yang berkumpul di kota pariwisata penting Prancis guna bergembira memeringati Hari Bastille, 14 Juli, itu kontan panik dan berhamburan ke mana-mana. Dipastikan 80 orang tewas di tempat, termasuk perempuan dan anak-anak, selain seratusan orang luka-luka. 

Lebih mengerikan adalah di dalam truk kargo itu, terdapat orang-orang yang membawa senapan serbu dan granat. Mereka menembak serabutan ke segala arah di mana massa berada. Supir truk itu baru berhenti beraksi setelah ditembak mati melalui berondongan tembakan polisi Nice yang berjaga. 

Latar belakang Tiga Warna (warna-warna bendera Prancis, Biru-Putih-Merah) muncul lagi di facebook, sebagai pertanda duka bagi serangan atas kemanusiaan itu bagi para facebookers.

"Pelampiasan kemarahan itu sudah menjadi semacam wabah. Sakit hati sedikit saja bisa membuat orang terluka," ujar Magnis, pria yang bergelar doktor kehormatan di bidang teologi dari Universitas Luzern, Swiss ini di Jakarta, Selasa.

Jika potensi itu ditambah dengan ketiadaan nilai-nilai kemanusiaan yang lazimnya ditanam oleh keluarga, di sanalah bibit-bibit ekstremisme itu akan tercipta.

"Manusia akan merasa kosong. Saya kira ini kecenderungan yang kita hadapi di tengah-tengah modernitas," kata dia.

Dia mencontohkan serangan yang di Nice, Prancis, itu. "Kejadian itu mengerikan sekali. Orang-orang seperti itu selalu saja mendapatkan ide untuk melampiaskan kemarahan," tutur Romo Magnis.

Dia yakin hal yang terjadi di Nice akan ditiru di Indonesia, sehingga antisipasi harus disiapkan sebaik mungkin. 

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016