Nice (ANTARA News) - Kelompok Negara Islam atau ISIS pada Sabtu mengaku bertanggung jawab atas serangan truk yang menewaskan sedikitnya 84 orang yang sedang merayakan Hari Bastille di kota Prancis, Nice, dan polisi menangkap tiga orang lainnya di sana sehubungan pembantaian di pinggir laut itu.

"Dia melakukan operasi dalam menanggapi permintaan untuk menargetkan warga negara dari negara-negara yang merupakan bagian dari koalisi melawan Negara Islam," Amaq, kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok militan Islam, mengatakan dalam akun Telegram mereka.

Otoritas Prancis belum menemukan bukti bahwa penyerang asal Tunisia berusia 31 tahun, yang ditembak mati polisi dalam serangan itu, telah berubah menjadi Islam radikal.

Namun demikian, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan bahwa Mohamed Lahouaiej Bouhlel mungkin telah mengalami perubahan yang cepat.

"Tampaknya ia radikal sangat cepat - dalam hal apa pun ini adalah unsur-unsur yang telah datang dari kesaksian orang-orang di sekitarnya," Cazeneuve kepada wartawan.

Berbicara dari kota kelahirannya di Tunisia, adik Bouhlel mengatakan kepada Reuters bahwa Bouhlel telah mengalami masalah psikologis ketika ia berangkat Prancis pada 2005.

Kerabat dan teman-teman Bouhlel yang diwawancarai di Nice meragukan kecenderungannya sebagai militan Islam.

Penangkapan pada Sabtu berkaitan dengan "orang-orang terdekatnya", kata sumber polisi. Dua orang lainnya, termasuk istri penyerang, sudah ditahan.

Bouhlel telah di Prancis selama 10 tahun dan tinggal secara lokal.

Bouhlel dengan truk melaju di kerumunan di kota Riviera pada Kamis malam, zig-zag di pinggir laut Promenade des Anglais sejauh dua kilometer ketika kembang api menandai berakhirnya hari nasional Prancis, sampai polisi akhirnya menembaknya mati.

Departemen Kesehatan mengatakan 121 orang masih dirawat di rumah sakit, termasuk 30 anak-anak. Dua puluh enam orang masih dalam perawatan intensif.

Serangan itu membawa Prancis ke kesedihan baru dan ketakutan hanya delapan bulan setelah orang-orang bersenjata membunuh 130 orang di Paris.

Serangan pada Januari 2015 terkait koran satir Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi juga diklaim oleh ISIS, yang mengontrol beberapa wilayah Irak dan Suriah, tetapi sekarang di bawah tekanan militer dari pasukan yang memerangi mereka, demikian dilaporkan Reuters.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016