Jakarta (ANTARA News) - Pukul 06.00 pagi Lucy Widasari sudah berada di SMA Negeri 70 di Bulungan, Jakarta Selatan. Dia mengantarkan anak lelakinya masuk sekolah pada hari pertamanya, Senin.

Seperti beberapa orangtua murid, dia meminta izin dari kantor tempatnya bekerja agar dapat mengantar anaknya pada hari pertama masuk sekolah, mengikuti imbauan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.

"Mereka memang remaja, tapi kita tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya tentang lingkungan sekolah baru," kata Lucy kepada Antara News.

Pengajar di Fakultas Kedokteran UPN Veteran itu sama sekali tidak keberatan harus mengantar anaknya dan meminta izin datang terlambat ke kantornya.

Bagi dia, tugas utama orangtua adalah mendukung kegiatan positif anak-anaknya.

"Buat apa kita kerja, tapi kita tinggalkan anak?" kata dia.

Dian Irdianto (44)  juga rela terlambat masuk kantor demi mengantar putrinya Shadira ke sekolah pada hari pertamanya.

"Biar anak lebih percaya diri dengan lingkungan baru, kan perlu penyesuaian," kata Dian.

Selain mengantar ke sekolah, Dian mengikuti pertemuan dengan orangtua murid dan wali kelas dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

"Cuma satu hari dan tidak penuh juga, ya, enggak apa-apa," kata dia.

Ia memanfaatkan ajang itu untuk meminta kontak para guru apabila terjadi kendala.

"Apalagi, di sini juga sedang kampanye stop bully," kata dia.

Vera Liliana (46), yang meminta izin dari perusahaan tempatnya bekerja untuk mengantar anaknya ke sekolah, juga mengikuti pertemuan guru dan orangtua di sekolah itu.

Ia membandingkan dunia sekolah kini dengan masa dulu, ketika ia harus mendaftar sekolah sendiri tanpa pendampingan orangtua.

Vera sangat mengapresiasi kebijakan pemerintah yang mendukung para orangtua mengantar anak masuk ke lingkungan sekolah baru.

"Anak ini kan harta kita," kata Vera.


Demi keterlibatan


Fenny Juliani, yang tinggal di Tangerang, berusaha sebisa mungkin selalu mengantar anaknya Djoviansyah ke sekolah meski anaknya sudah duduk di kelas X. Pertemuan antara guru dengan orangtua hari ini sangat penting bagi dia.

"Enggak apa-apa, sih, bagus juga. Anak jadi tahu peraturan dan orangtua juga tahu, jadi bisa mengawasi," kata Fenny.

Djoviansyah pun mengaku tidak merasa malu diantar oleh ibunya ke sekolah karena sudah terbiasa.

"Buat jaga-jaga kalau terjadi sesuatu, biar Mama kenal sekolah juga," kata dia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengimbau para orangtua mengantar anak ke sekolah pada hari pertama sekolah.

Dalam surat edaran tentang Kampanye Hari Pertama Masuk Sekolah, ia menyatakan pentingnya membangun hubungan dan interaksi antara orangtua dan guru dalam pendidikan anak.

Anies Baswedan juga mengatakan bahwa masa orientasi sekolah merupakan ajang untuk mengenal potensi diri siswa dan kegiatan-kegiatan sekolah, bukan berisi perpeloncoan.

"Hari ini menjadi hari pertama perpeloncoan tidak lagi dilakukan di sekolah. Siswa menggunakan seragam semestinya, MOS dilaksanakan oleh guru, jadi tidak ada lagi praktik kekerasan, penyimpangan dan penindasan di sekolah," katanya.

"Kakak kelas yang meninggalkan perpeloncoan, maka Anda telah meninggalkan sesuatu yang buruk demi kemajuan," kata dia.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengunjungi beberapa sekolah untuk memastikan perpeloncoan tidak lagi dijalankan pada hari pertama masuk sekolah.

Wakil Gubernur, yang menjadi pembina upacara gabungan siswa kelas X SMA Negeri 70 dan 6 pada hari pertama sekolah, tidak ingin Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah diisi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016