Kota Gaza (ANTARA News) - Di wilayah Palestina yang dirongrong pertempuran, Jalur Gaza, satu pusat budaya swasta membantu anak-anak meredakan tekanan dan trauma untuk memulai kembali kehidupan melalui seni.

Di Atelier Center di Kota Gaza, puluhan anak berkumpul di beberapa ruang dan satu kebun kecil untuk belajar melukis atau memainkan alat musik.

Didirikan pada 2012, pusat budaya tersebut telah pindah ke lokasi baru dan memperluas programnya untuk mencakup melukis dan alat musik. Hanya sedikit sekolah di Jalur Gaza mengajarkan keduanya.

Seba Sarraj, yang berusia sembilan tahun, belajar melukis dan memainkan gitar di Atelier.

"Saya benar-benar terhubung dengan pusat itu secara emosi," kata anak perempuan tersebut. "Saya mempunyai banyak teman di sini dan saya mau terus belajar di sini."

Pusat itu, yang menerima pendaftaran anak-anak yang berusia delapan sampai 16 tahun, mengenakan biaya ringan untuk pelajaran tersebut, karena mempertimbangkan kondisi ekonomi di daerah kantung yang dilanda kemiskinan itu.

Jumlah pelajar pun meningkat, dengan makin banyak orang tua menyadari hasil positif pusat tersebut dalam meningkatkan kemampuan seni anak-anak dan meredakan trauma serta tekanan yang mereka hadapi.

Selama enam tahun belakangan, Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) --yang menguasai Jalur Gaza, telah terlibat tiga perang besar yang merenggut ribuan nyawa orang Palestina dan Yahudi, termasuk ratusan anak kecil.

Blokade yang diberlakukan atas daerah kantung itu telah mendorong Jalur Gaza makin jauh ke dalam jurang kemiskinan, kata Xinhua. Angka pengangguran di sana, menurut data resmi, mencapai 42,7 persen.

Organisasi internasional mengatakan lebih dari 60 persen dari 1,9 juta warga Jalur Gaza hidup dalam kondisi rawan pangan dan ratusan ribu orang mengandalkan bantuan makanan dari luar negeri.

Dan Atelier Center berusaha mengalihkan perhatian anak-anak dari situasi ekonomi dan politik yang mengerikan dan mencengkeram Jalur Gaza, selain meningkatkan bakat seni mereka.

"Jalur Gaza penuh dengan bakat seni yang benar-benar memerlukan peningkatan dan pendidikan," Kata Rasha Abu Zayed, pendiri pusat itu, kepada Xinhua. "Kami ingin membuat ledakan seni di Jalur Gaza melalui pusat kami."

"Gagasan kami ialah bukan hanya meningkatkan bakat anak-anak, tapi juga menciptakan lingkungan baru yang akan mendorong anak-anak ke arah belajar dengan cara yang sama dengan mereka di Eropa dan negara modern lain," kata Rasha, yang juga adalah artis visual profesional.

Wanita tersebut percaya pusat seni seperti miliknya memainkan peran penting dalam melindungi masyarakat agar tidak ambruk dan terutama dalam menjamin bahwa anak-anak bisa pulih dari dampak kekerasan secara fisik dan psikologis.

Buat Maymna Jarada (11), pusat itu telah menjadi rumah keduanya, tempat anak perempuan tersebut bisa menemukan keselamatan dan harapan.

"Impian saya ialah menjadi perancang mode," kata Jarada. "Saya bergabung dengan pusat ini untuk belajar melukis sebagai langkah pertama untuk mewujudkan impian saya."

"Saya benar-benar bisa belajar dengan baik di sini sebab saya banyak belajar dari guru-guru saya," kata anak perempuan tersebut, sambil melukis.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016