Bogor (ANTARA News) - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB Prof M Fadjar Raharjo mengatakan, keberadaan ikan lokal Indonesia terancam punah apabila tidak dikembangkan dan dibudidayakan sebagai ikan konsumsi.

"Keberadaan ikan lokal Indonesia perlu dikembangkan dan dibudidayakan, kalau tidak ribuan ikan lokal kita akan punah," katanya, di Bogor, Jumat.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki jenis ikan yang beragam yakni mencapai 4.700 spesies yang terdiri atas 1.200 spesies air tawar dan 3.500 spesies ikan laut. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan ditemukannya ikan jenis baru.

"Tetapi, tidak menutup kemungkinan banyak juga spesies ikan yang terancam punah," katanya.

Menurutnya, Indonesia mampu berdaulat di bidang perikanan dengan keanekaragaman hayati yang besar dan perairan yang luas. Sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan, apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik.

"Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Indonesia perlu melakukan konservasi ikan," katanya.

Peran ikan, lanjutnya, selain sebagai sumber pangan, juga berperan sebagai biomonitor bagi lingkunga. Ikan dapat menentukan kualitas suatu perairan dalam kondisi baik ataupun buruk.

Selama ini, lanjutnya lagi, bagian pemuliaan perikanan masih fokus pada ikan yang melimbah. Jika bisa dibudidayakan 10 persen saja, maka akan ada 100 spesies ikan konsusm air tawar yang bisa dikembangkan.

"Kegiatan internal perikanan saat ini salah satu penyebab rusaknya lingkungan. Nelayan masih ada yang menangkap ikan dengan bahan peledak, racun potasium bahkan sianida," katanya.

Kondisi saat ini, ikan yang banyak diperjualbelikan di pasar adalah ikan asing yang diimpor dari luar, seperti ikan mas yang berasal dari Tiongkok.

Menurutnya, impor ikan harus dihentikan, karena Indonesia memiliki banyak jenis ikan. Mulai dari ikan yang indah warnanya, bentuk maupun tingkah lakunya. Sebagian di antaranya adalah ikan endemik dan terancam punah seperti Ikan Pelangi.

"Sudah saatnya kita mengembangkan ikan jenis budidaya baru yang khas daerah setempat. Misalnya Ikan lais dan tapah di Riau, Ikan belido di Sumatera Selatan, Ikan Ompok di Kalimantan Timur dan Ikan Keperas dari Aceh, dan masih banyak lainnya," kata dia.

Fadjar menambahkan, jika setiap provinsi mengembangkan minimal satu jenis ikan lokal khas daerahnya. Maka akan didapat sekurang-kurangnya 34 jenis ikan budidaya pilihan masyarakat.

"Masyarat juga memiliki pilihan ikan yang beragam, dan bisa menjadi peluang wisata kuliner," katanya.

Prof M Fadjar Raharjo akan menyampaikan hasil kajiannya ini dalam orasi ilmiah guru besar IPB pada Sabtu (27/8) besok dengan judul "Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ikan Sebagai Tumpuan Pengembangan Perikanan yang Berdaulat dan Berkelanjutan".

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016