Pekanbaru (ANTARA News) - Terdengar suara bising dari udara saat sekitar dua ribu jamaah di Masjid Rhaudatul Jannah, Pekanbaru usai menjalankan Shalat Idul Adha Senin (12/9) pagi.

Beberapa orang diantaranya sempat melihat ke arah suara bising tersebut berasal.

"Ada apa ya? Apa Rimbo Panjang (Kabupaten Kampar) terbakar?" ujar Nasri (54), salah seorang jamaah masjid berceloteh.

Beberapa saat kemudian, satu unit helikopter melintas wilayah udara karena letak masjid relatif dekat dengan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin di Pekanbaru.

Tim Udara Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau pada hari itu mengerahkan dua unit helikopter masing-masing MI-8 dan Sikorsky S16 guna menanggulangi kebakaran melalui operasi water bombing atau pengeboman air.

Kebakaran hebat terjadi di kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi atau tepatnya daerah perbatasan antar dua kabupaten di Riau yakni Kampar dan Rokan Hulu.

Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Henri Alfian mengatakan kebakaran terjadi di Bukit Suligi dan merupakan imbas dari kebakaran sehari sebelumnya.

Titik api masih berada di lokasi yang sama dengan kemarin, katanya.

Jika kemarin atau Ahad (11/9), lanjut dia, pengeboman air dilakukan dengan menggunakan satu unit helikopter.

Tapi, hari itu dikerahkan dua unit heli, dengan harapan titik api agar bisa segera dipadamkan.

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, satelit belum bisa deteksi titik panas atau titik api karena sebagian besar wilayah provinsi berjuluk Bumi Lancang Kuning, julukan Riau mengalami blank area atau tidak terpantau.

Baru pada Selasa (13/9) sore atau pukul 16.00 Wib satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mendeteksi 14 titik api, dari 27 titik panas berada di daratan Riau dari total terpantau 94 titik panas di Sumatera.

Empat daerah terdeteksi satelit dengan jumlah 14 titik api karena miliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau potensi karlahut, kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi.

Ia merinci titik api berada di Rokan Hilir tujuh titik dengan masing-masing wilayah per kecamatan, yakni Bangan Sinembah empat titik, Pujud dua titik dan Bangko Pusako satu titik.

Rokan Hulu empat titik tersebar di Pendalian IV Koto dua titik, Rokan IV Koto satu titik dan Tandun satu titik. Pelalawan dua titik di Langgam dan Indragiri Hulu satu titik di Batang Cenaku.

Foto udara diambil Senin (12/9) jam 15.09 WIB, petugas satgas kebakaran hutan terlihat jelas satu unit helikopter sedang melakukan operasi water bombing demi padamkan titik api.

Heli jenis Sikorsky dan MI-8 secara silih berganti melakukan pemadaman dengan terbang rendah tumpahkan air di kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi.

Total lebih dari 60 kali pengeboman air telah dilakukan, sebagai upaya hilangkan titik api terutama di kawasan hutan yang telah berubah warna menjadi pirang akibat terbakar.

Masing-masing heli sekali terbang tercatat mampu muntahkan lima ton air ke arah titik sasaran kebakaran dan diketahui asap menggepul ke udara di puncak bukit.

Sementara pada sisi lain dengan jarak saling berdekatan, terlihat asap tebal membumbung ke udara dan berpotensi mencemari udara di sekitar lokasi kawasan hutan.

Pada saat pemadaman berlangsung terlihat sejumlah orang sedang beraktivitas berada tidak jauh dari bekas pembalakan liar dan titik api.

Beberapa orang dari mereka pergi saat melihat tim udara mendekat.

Laporan tim udara, info yang dikumpulkan bahwa aktivitas perambahan dengan melakukan penggundulan hutan di kawasan ini telah berlangsung lama, kata Henri Alfian.


Wisata Alam

Bukit Suligi memiliki luas hutan lindung sekitar 33.000 hektare (ha). Hampir 80 persen atau 25.400,67 ha berada di Rokan Hulu dan sisanya 7.599,33 ha masuk wilayah Kampar.

Kawasan hutan lindung ini berada di Kecamatan Tandun dan Kecamatan Rokan IV Koto, Rokan Hulu serta di Kecamatan Bangkinang Barat, Kampar.

Hutan Lindung Bukit Suligi merupakan hamparan hutan tropis basah dengan berjarak sekitar 139 kilometer ke arah Barat dari Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau.

Dahulu kawasan hutan ini merupakan salah satu surga alam terindah bagi pengungjung yang suka jalan dengan menjelajahi wisata alam di Riau dan bakal menjumpai beraneka ragam flora dan fauna langka.

Terdapat aliran sungai-sungai kecil, gua-gua dengan alam yang indah, berbagai jenis binatang seperti rusa, kijang, beruang madu dan lain-lain, serta pengunjung bisa berendam di sumber mata air panas untuk melepas penat.

Di tempat ini pula, dijadikan sebagai salah satu destinasi bagi penelitian biologi oleh para ahli karena hutan alam yang masih lebat dan asri.

Tak jarang, bagi penggemar petualangan menjadikan aliran sungai kecil tersbut sebagai lokasi arung jeram.

Tapi kini, kawasan lindung ini kian terancam akibat perambahan dengan mengalihfungsikan secara ilegal menjadi perkebunan sawit dan karet yang diklaim milik warga tempatan.

Bahkan, Bukit Suligi dikelilingi sejumlah desa seperti di Kecamatan Tandun seperti Suligi, Tandun, Sei Kuning, Puo Raya, Kumain, Dayo, dan Bono Tapung.

Termasuk Kecamatan Kabun seperti Bonca Kusuma, Koto Ranah, dan Desa Aliantan juga tak luput dari aksi perambahan.

Patroli rutin anggota Polisi Kehutanan (Polhut) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rohul pertengahan tahun 2014 menyebut, kawasan Bukit Suligi telah digarap oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Termasuk sejumlah oknum aparat negara dan pejabat pemerintah daerah baik yang masih aktif atau dilingkungan pemerintah di Riau.

Sekitar 70 persen dari 30 ribu hektare lebih kawasan hutan lindung Bukit Suligi telah dibabat oknum. Hutan primernya sudah habis, kini tersisa cuma hutan skunder, kata Sekretaris Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rokan Hulu Arie Ardian Nasution.

Aksi perambahan di lahan negara tak hanya terjadi di Bukit Suligi, sebab sebelumnya telah terjadi di sejumlah kawasan baik hutan lindung atau konservasi alam di Riau.

Sebut saja seperti Taman Nasional Tesso Nilo, lalu Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Hutan Lindung Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.

Inilah potret masih merajalelanya aksi perambahan, termasuk dengan membakar dalam membuka hutan menjadi lahan dan melibatkan berbagai oknum penting di negara ini.

Tetapi perbuatan tersebut diklaim, dilakukan oleh warga tempatan dengan berbagai alasan termasuk tanah ulayat.

Api di Bukit Suligi telah dipadamkan untuk sementara waktu tapi perambahnya masih berkeliaran.

Oleh muhammad said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016