Calais (ANTARA News) - Polisi Prancis menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan bentrokan dengan imigran dan aktivis yang berusaha menggelar aksi unjuk rasa terlarang di samping kamp Jungle di Calais pada Sabtu, kata pemerintah daerah.

Bentrokan berlangsung sekitar tiga jam dan tiga polisi mengalami luka ringan akibat batu yang dilemparkan beberapa imigran, kata pihak berwenang di kota utara Prancis.

Namun, pejabat polisi Gilles Debove melaporkan 10 polisi terluka, termasuk satu yang dilarikan ke rumah sakit, dan tujuh kendaraan polisi rusak.

Seorang fotografer AFP mengatakan dia juga terluka akibat lemparan batu.

Ketegangan meningkat di Jungle setelah otoritas setempat melarang aksi demonstrasi yang rencananya akan digelar pada Sabtu oleh sebuah kelompok yang bekerja dengan para imigran.

Kamp Jungle akan ditutup sebelum musim dingin.

Kemudian pada Sabtu sore, sebanyak 200 orang yang sebagian besar dari kelompok No Borders dan imigran berkumpul di depan CRS (polisi antihuru-hara) di pinggiran kamp tersebut, kata Etienne Desplanques, seorang pejabat dari daerah Pas-de-Calais.

Karena unjuk rasa dilarang, polisi berusaha mendorong demonstran kembali ke dalam kamp, ujarnya.

Imigran dan aktivis bertopeng, sebagian besar dari mereka warga Inggris, mulai melempari batu dan benda-benda lainnya ke arah aparat kepolisian.

Polisi antihuru-hara membalas dengan menembakkan 700 granat gas air mata, kata Debove, juga menggunakan meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa.

Sekitar 200 aparat polisi tambahan dikerahkan ke daerah tersebut, kata para pejabat, dan situasi mulai sudah tenang menjelang malam hari.

Bentrokan pada Sabtu merupakan yang terburuk sejak 29 Februari ketika operasi untuk membongkar bagian selatan kamp Jungle berujung pada lima orang terluka, demikian dikutip dari laporan AFP.  (mr)
 

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016