Emosinya contempt atau merendahkan atau ngenyek
Jakarta (ANTARA News) - Ahli bahasa tubuh Monica Kumalasari menganalisis mikro ekspresi pada pasangan calon Gubernur - Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pada debat kedua pekan lalu.

Ekspresi itu adalah ketika Anies-Sandi mendengar jawaban dari Djarot Saiful Hidayat mengenai Angka Partisipasi Murni (APM) di Jakarta pada segmen kelima debat itu.



Saat itu Djarot mengatakan pihaknya membutuhkan waktu lima tahun lagi untuk mewujudkan APM 90 itu untuk sampai bisa melanjutkan dan menuntaskan program pembangunan Jakarta. 


Ketika Djarot sudah selesai berbicara, Anies kemudian bertolak pinggang.

Monica menjelaskan Anies memperlihatkan emosi marah yang terlihat dari gestur tolak pinggang (ekspresi makro) serta reliable muscle pada bibirnya (ekspresi mikro).

Sementara, pada saat yang sama salah satu ujung bibir Sandi terangkat ke atas, Monica mengartikan itu sebagai ekspresi merendahkan.

"Emosinya contempt atau merendahkan atau ngenyek," kata Monica. 

Setelah itu, Anies mendapat giliran berbicara dan ia mengemukakan perihal warga Jakarta yang belum menerima Kartu Jakarta Pintar hingga kini.

"Bagaimana kita bisa menitipkan Jakarta lima tahun lagi pada Anda ketika mengurusi ini (KJP) saja tidak beres?" kata Anies.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017