Keputusan presiden ini mengirimkan satu isyarat, disengaja atau tidak, bahwa Amerika tidak ingin muslim masuk ke negeri kita
New York (ANTARA News) - Presiden Donald Trump menyatakan larangan sementara kepada warga negara tujuh negara muslim untuk masuk ke AS akan membuat AS terlindung dari terorisme. Namun ternyata hanya sepertiga rakyat AS yang percaya langkah itu akan membuat mereka lebih aman.

Kesimpulan itu ditarik dari jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis Selasa waktu AS.

Berdasarkan jajak pendapat yang diadakan pada 30-31 Januari itu, satu dari setiap dua warga AS mendukung larangan itu yang juga meliputi pelarangan menerima pengungsi selama 120 hari.

Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, sekitar 31 persen responden menganggap Keppres itu membuat mereka merasa lebih aman, 26 persen merasa kurang aman. 33 persen lainnya menyatakan Keppres itu tak akan mengubah apa-apa. Sisanya menjawab tidak tahu.

Keppres Trump itu melarang warga negara Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman, selain melarang pengungsi Suriah masuk ke AS.

Sejumlah anggota DPR dari Partai Republik mengkritik Keppres Trump itu dengan menyebutnya sebagai bumerang karena membuat organisasi teroris mendapatkan alasan baru untuk merekrut calon-calon teroris.

"Keputusan presiden ini mengirimkan satu isyarat, disengaja atau tidak, bahwa Amerika tidak ingin muslim masuk ke negeri kita," kritik Senato John McCain dari Arizona dan Senator Lindsey Graham dari South Carolina.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos itu menyimpulkan bahwa 49 persen warga AS menyetujui Keppres itu dan 41 persen menolaknya. 53 persen orang Demokrat dan 51 persen orang Republik menolak keras Keppres ini.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos diselenggarakan secara online di 50 negara bagian, mencakup 1.201 orang yang terdiri dari 453 pemilih Demokrat dan 478 pemilih Republik.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017