Timika, Papua (ANTARA News) - Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, memastikan kegiatan uji pendaratan pesawat di Bandara Anggoinggin Aroanop, Distrik Tembagapura, dilakukan pada akhir Juni ini.

Kepala Dishubkominfo Mimika, John Rettob, di Timika, Senin, mengatakan, jajarannya sudah menerima laporan dari PT Freeport Indonesia selaku pihak yang membangun Bandara Anggoinggin bahwa uji pendaratan di bandara tersebut akan dilakukan pada 29 Juni mendatang.

"Sebetulnya kami mengharapkan kegiatan itu bisa dipercepat, tapi Freeport memutuskan untuk dilakukan tanggal 29 Juni karena disesuaikan dengan jadwal pesawat yang sudah mengajukan penawaran ke mereka," katanya.

Kepala Bidang Perhubungan Udara Dishubkominfo Mimika, Yan Purba, mengatakan, pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop sudah selesai dilakukan oleh PT Freeport dan akan ditindaklanjuti dengan kegiatan uji pendaratan pesawat.

Pihak Freeport dan Dishubkominfo Mimika beberapa waktu lalu telah mengecek kesiapan bandara tersebut.

"Ada beberapa catatan yang kami berikan saat inspeksi terakhir ke Bandara Anggoinggin Aroanop. Kami minta beberapa opstekel harus ditebang agar tidak menghalangi pandangan pilot saat hendak mendarat atau terbang dari dan ke bandara itu," katanya.

Rencananya, uji pendaratan di Bandara Anggoinggin pada 29 Juni nanti akan dilakukan oleh pesawat jenis Pilatus Porter dari maskapai Susi Air.

Dishubkominfo Mimika juga mendapat laporan bahwa maskapai John Lin Air akan melakukan uji pendaratan di Bandara Anggoinggin dengan pesawat jenis Cessna Grand Caravan.

Manajer Community Relation pada Community Liaison Officer (CLO) PT Freeport Nathan Kum mengatakan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop sudah hampir rampung seluruhnya, baik landas pacu (runway), terminal tunggu penumpang, dan lainnya.

Bandara Ainggonggin Aroanop yang berada di dataran tinggi Kabupaten Mimika itu memiliki panjang landasan pacu 500 meter dan mampu didarati pesawat jenis Pilatus Porter dan Cessna Grand Caravan berpenumpang hingga 12 orang.

"Meskipun saat ini kondisi perusahaan menghadapi banyak masalah, namun perusahaan tetap berkomitmen penuh untuk menyelesaikan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop. Pembangunan bandara ini murni merupakan permintaan masyarakat untuk membuka isolasi wilayah Aroanop dan sekitarnya sehingga ada kemudahan akses ekonomi, begitupun dengan program pendidikan, kesehatan, dan kegiatan-kegiatan lainnya," katanya.

Bandara itu nantinya akan diserahkan oleh perusahaan kepada masyarakat Aroanop (pihak gereja) dan selanjutnya dari masyarakat akan diserahkan ke Pemkab Mimika untuk dikelola agar dapat dimanfaatkan untuk membantu memudahkan akses transportasi masyarakat di daerah yang terisolasi tersebut.

Selama puluhan tahun masyarakat dari sekitar Lembah Aroanop bergantung penuh kepada pelayanan dari pihak perusahaan. Akses satu-satunya yang bisa dinikmati oleh masyarakat Aroanop untuk bisa bepergian ke mana-mana hanya menggunakan helikopter yang disediakan PT Freeport Indonesia.

Ia menjelaskan pembangunan Bandara Anggoinggin membutuhkan waktu empat tahun dengan biaya yang mahal, hingga puluhan miliar rupiah.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017