Karena itu kita libatkan lembaga dakwah kampus. LDK ini kepanjangan informasi dari BNPT maupun FKPT. Terlebih mengajak mahasiswa lain untuk menjauhi paham radikal terorisme yang sudah menyerang di berbagai aspek kehidupan masyarakat."
Surabaya (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Timur melibatkan lembaga dakwah kampus (LDK) dalam dialog yang diadakan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rabu, guna mencegah paham radikal masuk ke kampus.

Ketua FKPT Jatim Soubar Isman mengatakan dalam acara yang bertemakan "Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jawa Timur" untuk membendung atau mencegah berkembangnya paham radikal terorisme khususnya di lingkungan kampus.

"Karena itu kita libatkan lembaga dakwah kampus. LDK ini kepanjangan informasi dari BNPT maupun FKPT. Terlebih mengajak mahasiswa lain untuk menjauhi paham radikal terorisme yang sudah menyerang di berbagai aspek kehidupan masyarakat," kata Soubar Isman.

Dengan adanya peran dari mahasiswa, Soubar berharap seluruh mahasiswa mempunyai suatu kesadaran bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini berdiri atas dasar Pancasila dan tidak mempunyai paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

"Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita bersama-sama menjunjung tinggi dan mengamalkan ideologi Pancasila. Jangan sampai mahasiswa maupun teman-teman kita di kampus terpengaruh akan pahan radikal terorisme," Tuturnya.

Soubar menambahkan, kegiatan serupa sudah diadakan sebelumnya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dialog di ITS dihadiri kurang lebih 270 mahasiswa dan Ketua BEM di seluruh Jatim. "Tujuannya sama, ketua BEM diharap dapat mengajak organisasi mahasiswa yang lain untuk menghindarkan diri dari bahaya dan pengaruh paham-paham radikalisme maupun terorisme yang masuk ke kampus," ujarnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Ilhamullah Sumarkan menjelaskan, ideologi Pancasila dibuat supaya masing-masing komponen yang beragam merasa nyaman di negeri ini. Menurutnya, saat ini, bangsa sedang dipropokasi bahwa Pancasila itu tidak ada di dalam Islam dan harus dihilangkan. Padahal, kata dia, Pancasila sesungguhnya mewadahi Islam.

"Tanggungjawab pemuda muslim sebagai pemuda pada masa kini dan akan menjadi pemimpin di masa mendatang, yakni harus membekali diri dengan ilmu agama Islam secara sempurna, Ulul Albaab. Jangan mudah terprovokasi paham-paham radikal yang mengatasnamakan agama," kata dia.

Dalam acara ini, turut hadir mantan pembuat bom dari kelompok teroris jaringan Cibiru, Kurnia Widodo untuk menjadi pembicara. Ia menceritakan awal mula ketertarikannya membuat bom saat dirinya menginjak kelas XI SMA. Saat itu, teman satu sekolahnya memberikan doktrin dan buku mengenai jihad dan aqidah.

Hingga lulus sekolah dan mengambil jurusan teknik kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kurnia mengaku tetap membawa pemikiran jihad yang didoktrin temannya. "Apalagi jurusan teknik kimia. Saya banyak memperlajari manfaatnya untuk berjihad, hingga saya bisa membuat atau merakit bom sendiri," ujarnya.

Sekitar tahun 2010, lulusan teknik kimia ITB ini merencanakan aksi teror bom ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Tujuannya untuk membebaskan rekan teroris yang ditahan disana. Sayangnya usaha itu berhasil digagalkan Polisi dan berhasil menangkapnya di daerah Cibiru, Bandung. Atas peristiwa itu, Kurnia divonis enam tahun penjara.

"Pada tahun 2014, saya bebas secara bersyarat. Sebelum bebas pun saya cukup sering selisih pendapat dengan rekan sesama teroris. Itulah yang membuat saya renggang dengan teman-teman, dan memutuskan untuk hengkang dari dunia teroris," kata dia.

Pewarta: Indra Setiawan dan Willy Irawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017